Jakarta. Tren penurunan kinerja PT Bukit Asam (Persero) Tbk (PTBA) berlanjut. Laba bersih emiten batubara pelat merah ini merosot 30,85% secara year-on-year (yoy) di semester pertama 2015, menjadi Rp 795,16 miliar. Adapun, pada semester pertama tahun lalu, laba bersih perseroan ini tercatat sebesar Rp 1,15 triliun.
Sang biang kerok adalah membengkaknya sejumlah beban, plus penurunan harga jual. Beban pokok penjualan melonjak sebesar 11,4% menjadi Rp 4,79 triliun. Alhasil, laba kotor PTBA hanya menyentuh angka Rp 1,71 triliun. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan laba kotor perseroan ini di semester I-2014 yang senilai Rp 2,11 triliun.
Beban umum dan administrasi juga naik dari Rp 448,21 miliar menjadi Rp 486,48 miliar. Begitu pula beban keuangan PTBA yang melonjak hampir 12 kali lipat menjadi Rp 61,2 miliar. Alhasil, penjualan yang hanya naik tipis tidak mampu mengompensasi tingginya beban.
PTBA membukukan penjualan sebesar Rp 6,51 triliun sepanjang enam bulan pertama 2015. Angka ini meningkat 1,4% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang sekitar Rp 6,42 triliun. Dengan demikian, margin laba bersih PTBA menyusut menjadi 12,2% dari sebelumnya yakni sekitar 18%.
Anjloknya harga komoditas turut menjadi biang keladi pelemahan kinerja PTBA. Harga jual rata-rata tertimbang per Juni 2015 merosot 3% menjadi Rp 703.005 per ton. Sebagai perbandingan, harga jual rata-rata Juni tahun lalu Rp 726.766 per ton.
Joko Pramono, Sekretaris Perusahaan PTBA, mengatakan, pihaknya telah menjual 9,03 juta ton batubara atau 2,02% lebih tinggi dari semester pertama 2014. Penjualan domestik menyumbang sebesar 51% dari total penjualan batubara perseroan. Sedangkan, sisanya, sebesar 49% dari penjualan ekspor.
Angka penjualan ekspor meningkat 20% dibanding tahun lalu. Sedangkan, penjualan di pasar domestic turun 10% menjadi 4,62 juta ton. Negara tujuan utama ekspor emiten pelat merah ini diantaranya adalah Taiwan, Jepang, Malaysia dan India. Penetrasi pasar baru dilakukan di Kamboja, Korea Selatan, Sri Langka, Bangladesh, dan Vietnam.
Kenaikan volume penjualan ini disebabkan peningkatan angkutan kereta api dari lokasi tambang ke Tanjung Enim menuju Pelabuhan Tarahan di BandarLampung. “Peningkatan angkutan menjadi 7,47 juta ton atau naik 5%,” ujar Joko, Rabu (29/7). Di saat yang sama, produksi batubara PTBA mencapai 9,14 juta ton atau naik 4% dibanding produksi pada periode yang sama tahun lalu.
Adapun, stripping ratio atau nisbah kupas tambang Tanjung Enim naik menjadi 4,91 kali dari 4,52 kali, akibat pembukaan tambang baru.
Sumber: KONTAN
http://www.pemeriksaanpajak.com
pajak@pemeriksaanpajak.com
Kategori:Berita Pajak

Tinggalkan komentar