Kalimantan Timur seperti terkena kutukan sumber daya alam. Meskipun sumber energy di sana melimpah, rupanya tidak bisa menyejahterakan rakyat Kaltim. Apakah ada salah kelola? Atau pemerintah pusat yang masih memicingkan mata terhadap daerah penghasil energy itu?
Kalimantan Timur merupakan daerah yang kaya akan sumber daya energy, tak salah jika Kaltim dijuluki lumbung energy nasional. Mulai dari batubara, minyak bumi, gas bumi, gas metana, sampai energy baru dan terbarukan semua ada.
Menurut data Dinas Pertambangan dan Energi (Distamben) Pemprov Kaltim 2014, cadangan batubara di Kaltim mencapai 8,82 miliar ton, yang diproduksi produksi 249,2 juta ton per tahun atau 65% dari produksi nasional yang mencapai 425 juta ton. Sementara produksi batubata Kaltim yang dijual 224,3 juta ton per tahun.
Cadangan minyak bumi mencapat 514 juta barel atau 11% dari cadangan nasional, yang berproduksi 35,21 juta barel atau 13,15% produksi nasional. Sedangkan cadangan gas bumi 17,17 trillion cubic feet atau 24,3% cadangan nasional. Yang diproduksi 605,57 mmscfd atau 36% produksi nasional.
Gubernur Kaltim Awang Faroek memaparkan,Kaltim perlu mendapat perhatian lebih dari pemerintah pusat. Setidaknya mendapatkan bagi hasil yang lebih besar, atas hasil kekayaan alamnya yang dikuras setiap hari.
Awing yang belum pulih benar dari sakitnya bersemangat menceritakan bahwa kini Kaltim seperti terkena kutukan sumber daya alam. Artinya, hampir semua sumber energy ada di sana, tetapi rakyatnya masih belum menikmati. “Ada yang bilang rasio elektrifikasi di beberapa daerah di Kaltim sudah naik. Saya katakan itu bohong, kami masih sering byarpet,” ungkap Awang dari atas kursi roda, Senin (13/4).
Contohnya, salah satu perusahaan public yang tercatat di Bursa Efek Indonesia, sudah membangun Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) di Senipah, tapi hingga kini tak beroperasi. “Masalahnya enggak dapat gas. Aneh, gas banyak tetapi susah mendapat gas,” ujarnya geram.
Kejadian paling menyedihkan saat rakyat Kaltim mesti antre untuk membeli bahan bakar minyak (BBM). Padahal, 13,15 % produksi nasional berasal dari Kaltim. “Makanya, dua kali jadi bupati, anggota dewa, sampai Gubernur Kaltim, saya akan terus melawan sampai Kaltim mendapat hak sumber energy yang lebih besar,” imbuh dia.
Awang bilang, saat era kayu dulu, Kaltim tak dapat apa-apa. Begitu pula saat booming energy migas dan tambang. Untuk itu, dirinya bertekad tak harus mengandalkan gas dan batubara untuk pembangkit. “Kami dan Batan sudah sepakat bangun PLTN di Berau dan Kutai Timur 50 MW-1000 MW,” tandas dia.
Sumber: KONTAN
http://www.pemeriksaanpajak.com
pajak@pemeriksaanpajak.com
Kategori:Berita Pajak
Tinggalkan Balasan