Laba Bersih Bukit Asam Menyusut 35%

PT-Bukit-Asam

JAKARTA. PT Bukit Asam (Persero) Tbk (PTBA) masih sulit mengatasi pelemahan harga batubara. Lihat saja, sepanjang tiga bulan pertama tahun ini, laba bersih PTBA melorot 35,45% dibandingkan periode sama 2014 menjadi Rp 356,17 miliar. Pada kuartal I 2014, PTBA masih bisa mencetak laba bersih Rp 551,81 miliar.

Penyusutan laba lebih disebabkan membengkaknya beban penjualan PTBA. Padahal, dari sisi pendapatan, emiten pelat merah ini masih mencetak kenaikan pendapatan sebesar 6% (yoy) menjadi Rp 3,27 triliun. Namun, beban pokok penjualan PTBA melonjak 19,61% (yoy) menjadi Rp 2,5 triliun.

Volume penjualan pada periode Januari-Maret 2015 mencapai 4,57 juta ton, naik tipis dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar 4,21 juta ton. Sedangkan, volume penjualan ekspor tumbuh 17% menjadi sebesar 2,4 juta ton dan volume penjualan domestik hanya naik 1% jadi 2,17 juta ton. Dus, komposisi penjualan ekspor batubara sebesar 53% dan pasar domestik 47% pada kuartal I 2015.

penurunan laba bersih PTBA juga disebabkan oleh harga jual rata-rata ekspor yang anjlok dari US$ 73,88 per ton pada Kuartal I 2014 menjadi US$ 63,69 per ton pada Kuartal I 2015. Pendapatan PTBA tumbuh karena produksi batubara berkalori tinggi masih bisa memenuhi permintaan pasar. Di sisi lain, PTBA menggenjot volume angkutan kerja kereta api yang kini mencapai 3,59 juta ton, tumbuh 5% daripada tiga bulan pertama 2014.

Adapun margin laba kotor PTBA sebesar 24% dan margin laba usaha sebesar 11%. Sementara itu, margin laba bersih mencapai 10%.

Meski pasar batubara masih sulit, menurut Sekretaris Perusahaan PTBA, Joko Pramono, PTBA akan mengejar volume penjualan sebesar 24 juta ton  tahun ini atau naik 33% ketimbang tahun lalu. PTBA masih optimis lantaran ada dukungan dari peningkatan angkutan kereta api dari PT KAI yang naik 27% menjadi 18,7 juta ton di tahun ini.

“Beroperasinya tambahan lokomotif dan gerbong baru dan selesainya pembangunan jalur ganda di tahun ini akan meningkatkan jumlah angkutan batubara,” ujarnya, Kamis (30/4).

Sedangkan, untuk memenuhi pasar ekspor, PTBA bakal meningkatkan penjualan batubara kalori tinggi untuk Taiwan, Jepang, Tiongkok, Malaysia, dan Vietnam. Pasar baru seperti Korea Selatan juga tengah dibidik.

Tahun lalu, PTBA berhasil mencetak pertumbuhan laba bersih berkat melakukan efisiensi. Tahun ini, mereka akan melanjutkan program efisiensi dengan menjaga stripping rasio rendah di bawah 5. Sementara, adanya peningkatan kapasitas sandar Pelabuhan Tarahan yang baru memberikan ongkos angkut lebih murah.

Belum lama ini, PTBA mengantongi pinjaman US$ 1,2 miliar atau Rp 15,6 triliun untuk menggarap PLTU Banko Tengah dengan kapasitas 2×620 MW. Proyek yang disebut PLTU Sumsel 8 itu berlokasi di Mulut Tambang Tanjung Enim Sumatera Selatan. Pinjaman itu diperoleh melalui anak usahanya PT Huadian Bukit Asam Power, dari The Export-Import Bank of China.

dalam risetnya, Kamis (30/4) lalu, Analis DBS Vickers Securities, William Simadiputra menilai, penurunan laba PTBA sudah di ramal para analis. Sebab, harga jual merosot dan beban yang tinggi. Tahun ini, PTBA masih menghadapi tantangan. Namun, selesainya beberapa infrastruktur penunjang seperti pelabuhan dan jalur kereta api, akan jadi katalis positif untuk akan menopang penjualan PTBA.

Makanya, Dia masih merekomendasikan Hold PTBA dengan target Rp 10.300 per saham. Kamis lalu, Harga PTBA turun 3,36% menjadi Rp 9.350.

Sumber: Kontan

http://www.pemeriksaanpajak.com

pajak@pemeriksaanpajak.com

 



Kategori:Berita Pajak

Tag:, , , , , , , ,

Tinggalkan komentar