Peritel Lokal Dominasi Pasar, Asing Kesulitan

imagesBeberapa peritel asing gulung tikar di pasar Indonesia karena tak membaca selera konsumen

JAKARTA. Tak ada yang menyangkal gurih bisnis ritel di Indonesia. Minimal, jumlah penduduk yang senantiasa menggeliat adalah jaminan bagi para investor untuk membenamkan dana.

Dalam dua tahun terakhir, Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) mencatat, setidaknya ada 17 peritel asing yang menyatakan minat masuk pasar Indonesia. Beberapa diantaranya telah merealisasikan mimpi itu. Sebut saja IKEA asal Swedia, Lotte Department Store asal Korea Selatan, Central asal Thailand, Courts dari Singapura dan AEON dari Jepang.

Sementara peritel asing yang dikabarkan akan hadir di pasar ritel tanah air tahun ini adalah Family Mart dan Mini Stop. Kedua peritel ini berasal dari Jepang. Satu lagi Spar dari Belanda. Tak ketinggalan Lulu dari Uni Emirat Arab.

Meski banyak yang dikabarkan hadir, rupanya tak sedikit pula yang dikabarkan tutup. “Sebut saja seperti merek ritel Yohan, TOPS, Walmart, Clubstore, Makro yang akhirnya diakuisisi Lotte dan bahkan Carrefour yang juga diakuisisi pemain lokal menjadi Transmart,” ujar Sekretaris Jenderal Aprindo Satria Hamid Ahmadi, yang juga Corporate Communication General Manager Transmart Carrefour kepada KONTAN, Jumat (28/5).

Sedikit melongok kisah peritel asing, musabab mereka kolaps memang beragam. Kasus Wal Mart, peritel asal Amerika Serikat misalnya. Pada dekade 1990-an toko ritel ini pernah hadir di Karawaci, Tangerang, Banten, berkongsi dengan Grup Lippo melalui PT Multipolar. Namun krisis moneter yang melanda negeri ini tahun 1998 turut membikin Wal Mart mati kutu hingga gulung tikar.

Pada tahun 2011, aroma Wal Mart kembali menguar di tanah air. Tepatnya pada 8 Februari 2011, Reuters memberitakan jika Grup Lippo melalui PT Matahari Putra Prima sedang terlibat pembicaraan serius dengan Wal-Mart stores Inc tentang penjualan Hypermart. Grup Lippo berharap mendapatkan US$ 1 miliar. Namun pembicaraan itu sepertinya tak membuahkan hasil.

Lain cerita dengan Carrefour. Nasib peritel asal Prancis itu lantas diakuisisi 100% oleh Trans Corp, milik Chairul Tanjung pada 2013. Trans Corp menargetkan 85 cabang Carrefour berubah nama menjadi Transmart secara bertahap hingga 2019.

 

imagesKalah strategi

Aprindo menduga, peritel asing kolaps karena mereka tidak mampu mengikuti perkembangan pasar. “Jadi bukan soal lokal dan asing. Tapi siapa pelaku yang bisa membaca keinginan konsumen Indonesia dan mengeksekusinya menjadi program promosi yang menarik dan memberikan harga yang kompetitif,” ujar Satria.

Selain membaca pasar, peritel asing harus memiliki kekuatan dari sisi segmentasi pasar dan distribusi agar bisa bertahan. Dua hal inilah yang menurut Satria menjadi kekuatan peritel lokal bersaing dengan peritel asing selama ini.

Fernando Repi, Corporate Communication Manager PT Matahari Putra Prima Tbk, berpendapat, strategi perusahaannya mencuil perhatian pasar adalah dengan aktif berekspansi. Termasuk mengembangkan inovasi bisnis.

Ia mencontohkan aksi Matahari Putra Prima mengembangkan konsep baru Hypermart bertajuk G7. “Selain itu, kami juga menambah portofolio bisnis ritel, yaitu mengembangkan konsep baru bisnis supermart dan business to business,” kata Fernando.

Sementara itu, Direktur Pemasaran PT Indomarco Prismatama Wiwiek Yusuf melihat, peritel asing banyak yang membawa konsep yang tidak cocok untuk diterapkan dengan pasar Indonesia. “Konsep mereka tersebut mungkin perlu penyesuaian juga dan belum tentu bisa diterima karena memerlukan adaptasi terlebih dahulu baik dari segi produk, manajemen dan supplier,” ujar Wiwiek.

Catatan Aprindo, sejauh ini pangsa pasar atau market share peritel lokal masih mencapai 80%. Sementara peritel asing hanya sebesar 20% menguasai pasar ritel di Indonesia. Pangsa pasar peritel lokal tersebut masih lebih besar karena dari segi jumlah gerai mendominasi.

Matahari Putra Prima misalnya, per akhir tahun lalu memliki 110 gerai Hypermart. Perusahaan itu akan membuka 20 gerai setiap tahun. Indomaret memiliki 10.500 gerai di akhir taun 2014. Peritel itu ingin memiliki 12.600-13.125 gerai hingga akhir tahun nanti. Sementara Carrefour memiliki 89 gerai hingga akhir tahun kemarin.

 

Sumber: KONTAN

http://www.pemeriksaanpajak.com

pajak@pemeriksaanpajak.com



Kategori:Berita Pajak

Tag:, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,

Tinggalkan komentar