JAKARTA. Potret ekonomi domestik makin suram. Kurs dollar Amerika Serikat (AS) menembus Rp 13.362 per USD pada 9 Juni 2015. Indeks Harga Saham Gabungan pun ambrol di bawah 5.000. Berbagai kebijakan sudah dirilis pemerintah dan Bank Indonesia (BI).
Lantas, apa langkah pemerintah untuk mencegah Indonesia masuk ke jurang krisis? Berikut penjelasan Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro ke wartawan KONTAN, Adi Wikanto, Margareta Engge Kharismawati, Umar Idris, di rumah dinasnya, Minggu (14/6).
KONTAN: Ekonom, pelaku pasar mulai pesimistis dengan perekonomian Indonesia. Tampaknya periode bulan madu pemerintahan Presiden Joko Widodo sudah berlalu?
Bambang: Honeymoon period tidak mungkin berlangsung selamanya. Kalau sekarang sudah ada keraguan, ya wajar saja karena saat itu ekspektasi pelaku pasar luar biasa tinggi. Terlebih lagi, kondisi waktu itu juga berbeda, dari pasar global meskipun tidak bagus-bagus amat, tapi belum ada tanda-tanda pelemahan yang semakin dalam.
Tentunya pemerintah bersama otoritas lain tidak berdiam diri. Misalkan kita melihat pelemahan IHSG, kenaikan yield surat utang negara (SUN) 10 tahun, dan pelemahan rupiah, tentu kami menjaga terus. Saya yakin BI selalu ada di pasar untuk menjaga kestabilan nilai tukar. Pemerintah juga berupaya membantu penguatan nilai tukar dengan pendalaman dari pasar SUN. Kami memastikan agar lelang SUN menimbulkan sentimen positif, di samping tentunya menjaga secondary market-nya.
Dari sisi IHSG tidak bisa ada intervensi langsung, tapi yang paling penting, kita upayakan komunikasi dengan pelaku pasar terjaga terus.
KONTAN: Apa saja langkah konkrit pemerintah?
Bambang: Contoh dalam pelaksanaan APBN, kami terus menumbuhkan kepercayaan bahwa pola pengeluaran APBN terus dipercepat. Belanja dipercepat khususnya yang punya dampak multiplier tinggi, seperti belanja infrastruktur. Data per Kamis lalu (11 Juni 2015), realisasi belanja negara sekitar Rp 640 triliun-Rp 650 triliun atau hampir 33% dari total. Sedangkan posisi penerimaan mencapai 32% dari total dan pembiayaan sudah 74%. Kami masih ada dari euro bond dan samurai bond, di samping SUN rupiah. Jadi APBN dalam kondisi yang aman, cash flow terjaga sehingga pengeluaran bisa berjalan tanpa kendala.
KONTAN: Bukankah realisasi belanja dan penerimaan di kisaran 33% berarti pemerintah lambat, karena sekarang sudah memasuki bulan keenam? Bagaimana meningkatkan penyerapan anggaran agar bisa mendongkrak perekonomian?
Bambang: Harus diingat, APBN-P sekarang ini berbeda dari sebelumnya. APBN-P ini sebenarnya adalah APBN induk karena dia merubah total APBN sebelumnya. Jadi praktis belanja-belanja itu baru bergerak April. Bahkan, kebanyakan bulan Mei. Jadi untuk 32% dengan kondisi tersebut, sudah cukup sesuai dengan apa yang kita perkirakan.
Tapi saya yakin di semester dua alurnya akan lebih cepat. Karena sebagian besar kementerian terutama Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat baru start Mei kemarin.
KONTAN: Lalu bagaimana mengembalikan kepercayaan pelaku pasar?
Bambang: Pertama, kami harus jaga inflasi. Sejauh ini kan inflasi year to date masih bagus 0,42%. Ini yang harus kita jaga, paling tidak berikan keyakinan sampai akhir tahun tidak lebih dari 5%. Yang paling penting, pemerintah inginkan adalah tahun 2014 sebagai the bottom, lalu 2015 mulai reborn, meskipun hanya naik tipis.
Kedua, kami mempercepat segala macam bottleneck di investasi, karena hanya penanaman modal yang bisa menjadi sumber pertumbuhan ekonomi tahun ini, di samping menjaga konsumsi tadi.
Lalu, kunci terkait kepercayaan investor adalah kesuksesan proyek Central Java Power Plant (CJPP). Kalau bisa berjalan tahun ini, kepercayaan investor akan bangkit. CJPP sudah dua tahun tertunda karena masalah tanah. CJPP ini investasi dasar. Kalau jalan, investasi yang lain akan mengikuti.
KONTAN: Sejauh mana persiapan proyek CJPP?
Bambang: Tinggal sedikit sebenarnya, pembebasan tanah. Kalau ini selesai, bisa membuktikan bahwa pemerintah bisa mengatasi masalah tanah. Kalau tidak, investor asing atau investor secara umum gak percaya pemerintah.
CJPP penting karena ini adalah proyek pertama kerja sama pemerintah swasta (KPS) di bidang infrastruktur. Kesuksesan CJPP bisa menjadi acuan dan stimulus proyek KPS infrastruktur lainnya.
KONTAN: Kapan target pembangunan CJPP?
Bambang: Tadinya Juli (2015), tapi mundur. Presiden ingin tahun ini sebelum triwulan IV sudah beres. Mungkin kuartal III sudah jalan.
KONTAN: Adakah insentif lain bagi pelaku usaha?
Bambang: Kami sudah menyiapkan sejumlah insentif yang akan keluar dalam waktu dekat. Pertama, revisi peraturan menteri keuangan (PMK) mengenai tax holiday. Kedua, peraturan pemerintah (PP) mengenai insentif fiskal di kawasan ekonomi khusus.
Jangan lupa juga selama ini sudah banyak insentif bagi pengusaha. Salah satunya revisi PMK tentang tax allowance. Saat kami mengerjakan revisi aturan itu sudah ada 90 perusahaan yang berminat. Ke depan, pasti akan lebih banyak. Tunggu saja, butuh waktu, tidak ada one night solution.
Kami akan keluarkan PMK tentang Debt Equity Ratio (DER), dengan skema utang 4:1. Skema ini hanya mengakui beban utang sebagai pengurang pajak sebesar empat kali modal. Selain berefek positif ke pajak, aturan DER juga mengurangi risiko kurs.
KONTAN: Insentif-insentif itu umumnya baru akan terasa efeknya bagi perekonomian tahun depan?
Bambang: Ya, memang banyak yang tidak (berefek) sekarang. Yang penting, pemerintah punya keinginan mengubah secara struktural. Itu bukan one night policy. Itu butuh waktu dan kadang-kadang ketidaknyamanan.
Contohnya reformasi kebijakan BBM pada tahun lalu, sekarang seolah-olah semua harga barang semakin mahal. Namun kita untung dengan reformasi kebijakan subsidi BBM sudah berjalan, setidaknya tahun ini kondisinya tidak akan serumit bila subsidi BBM masih besar.
KONTAN: Sampai kapan rasa ketidaknyamanan akan berlangsung?
Bambang: Namanya juga obat, pasti ada rasa pahitnya. Saya yakin, rasa pahit ini hanya sampai tahun ini saja, tahun depan harusnya sudah lebih pulih.
Secara birokrasi dan kelembagaan, tahun depan akan lebih siap. Penyerapan anggaran bisa lebih baik lagi.
Sumber: Kontan
http://www.pemeriksaanpajak.com
pajak@pemeriksaanpajak.com
Kategori:Berita Pajak
Tinggalkan komentar