Harian Kontan 10 Juni 2015 memberitakan kepanikan yang terjadi di pasar keuangan Indonesia sehingga para analis merevisi target IHSG hingga ke 4.500. beberapa pihak mengorelasikan ancaman krisis keuangan dengan rencana kenaikan suku bunga The Fed, pembangunan gedung pencakar langit, El Nino, dan inflasi.
Situs examiner.com bahkan merilis artikel yang membahas apakah krisis keuangan akan terjadi bulan September tahun 2015. Artikel tersebut menghubungkan jatuhnya pasar finansial di Amerika Serikat (AS) dengan kalender Yahudi, di mana pada setiap tahun ke tujuh (tahun sabat) hampir selalu terjadi peristiwa yang menyebabkan krisis di pasar keuangan AS dan dunia.
Untuk membuktikan kebenaran indormasi tersebut, saya mengumpulkan data indeks Dow Jones (DJIA) dari tahun 1946 – 2014 (Setelah perang dunia II). Dari hasil perhitungan, ternyata terdapat beberapa fakta menarik dari return DJIA tersebut.
Rata-rata return DJIA pada tahun ketujuh adalah -3,75% (belum termasuk tahun 2015). Sedangkan rata-rata return DJIA di tahun yang lain adalah 9,71%. Berarti perbedaan rata-rata return tahun ketujuh dengan rata-rata return enam tahun sebelumnya adalah 13,46%.
Berapa profitabilita return tahun ketujuh adalah return 6 tahun sebelumnya? Jawabannya 44,44% (4 dari total 9 pengamatan), hanya 3 kali return tahun ketujuh lebih tinggi dari return 6 tahun sebelumnya yaitu 1952, 1959, dan 1980.
Bagaimana peforma indeks harga saham gabungan (IHSG) di Indonesia pada tahun ketujuh? Mengambil data mulai tahun 1989 setelah investor asing berpartisipasi, didapat data bahwa rata-rata return IHSG pada tahun ketujuh adalah -25,57% (belum termasuk return tahun 2015). Sedangkan rata-rata return IHSG di tahun yang lain adalah 24,78%.
Perbedaan rata-rata return IHSG tahun ketujuh dan return tahun lainnya sangat mencengangkan, yaitu mencapai 50,34%! Perlu diperhatikan bahwa sampai tahun 2008, return IHSG selalu negatif di tahun ketujuh dan mencapai return terendah di tahun 2008. Apakah 2015 yang merupakan tahun ketujuh akan terulang kembali return DJIA dan IHSG? Sejak awal tahun sampai tulisan ini dibuat, return DJIA adalah 1,09% (positif), sedangkan return IHSG -4,36% (negatif).
Dilansir dari artikel examiner.com, penulis buku The Mystery of the Shemitah, Rabbi Jonathan Chan, mengulas siklus tahun ketujuh yang sejalan dengan peristiwa yang dialami oleh negara AS dalam waktu 100 tahun lebih. Menurutnya, krisis keuangan yang menggoncang AS di tahun 2001 dan 2008 terjadi di hari yang sama menurut perhitungan kalender Yahudi. Masalahnya, tahun 2015 ini adalah tahun ketujuh menurut perhitungan kalender Yahudi. Jika benar krisis akan terjadi di tahun 2015, sebagai investor pasar modal, apa yang harus dilakukan?
Dalam bahasa mandarin, kata krisis terdiri atas dua huruf yang melambangkan dua dimensi, yaitu “bahaya” dan “peluang”. Berkaitan dengan dimensi bahaya, langkah pertama yang dapat dilakukan investor adalah mengambil sikap ekstra waspada. Dalam situasi krisis, harga instrumen keuangan (pasar modal) akan lebih volatile shingga risiko lebih besar dibandingkan reward yang mungkin diraih.
Kedua, investor dapat mengantisipasi bahaya dengan melakukan tindakan preventif sejak dini. “Sedia payung sebelum hujan” adalah pepatah lama yang dapat diandalkan saat krisis. Tindakan preventif dapat dilakukan dengan mengurangi atau memindahkan porsi investasi yang volatilitasnya tinggi yang lebih rendah atau memperbesar porsi kas. Porsi kas yang cukup berfungsi sebagai bantalan pertahanan untuk mengantisipasi kemungkinan buruk.
Ketiga, berkaitan dengan dimensi peluang, investor disarankan untuk tetap tenang. Harga saham mungkin akan jatuh saat krisis, namun sejarah mencatat harga akan kembali melambung setelah krisis berlalu. Investor yang tenang saja dapat memanfaatkan peluang tersebut lebih awal.
Ketenangan investor akan menjadi kunci keberanian bertindakan dan ketepatan mengambil arah sehingga peluang itu dapat dieksekusi pada waktunya. Kita tidak dapat memprediksi apa yang akan terjadi sampai akhir tahun 2015, namun investor bijak akan selalu mengedepankan sikap: always learned from the past and be prepared for the future.
Sumber: KONTAN
http://www.pemeriksaanpajak.com
pajak@pemeriksaanpajak.com
Kategori:Berita Pajak

Tinggalkan komentar