JAKARTA. Tren perlambatan pertumbuhan kredit perbankan sepertinya telah mempengaruhi bisnis kredit perbankan sepertinya telah mempengaruhi bisnis kredit patungan alias kredit sindikasi. Bank Permata menjadi salah pihak yang merasakan dampaknya.
Tahun ini, proyek kredit sindikasi Bank Permata diramal lebih sepi ketimbang tahun sebelumnya. “Kalau di sepanjang tahun lalu, kami bisa tujuh proyek. Tahun ini, kami kira, empat proyek kredit sindikasi saja sudah bagus banget,” tutur Dedy Sahat, Head of Wholesale Banking Strategy and Business Development, Coordinator Loan Syndication Bank Permata, akhir pekan lalu.
Bank Permata mengincar penyaluran kredit sindikasi sebesar Rp 5 triliun di sepanjang tahun ini atau lebih rendah dari pencapaian tahun sebelumnya. Namun, sampai separuh pertama tahun ini saja, bank tersebut baru menangani satu proyek kredit sindikasi.
Bank Permata memimpin pemberian fasilitas kredit senilai Rp 980 miliar kepada Andalan Finance Indonesia, perusahaan yang fokus pada aktivitas pembiayaan konsumen. Dalam proyek kredit sindikasi perdananya tahun ini, Bank Permata berpartisipasi mengucurkan kredit Rp 300 miliar.
Proyek selanjutnya, yakni kredit sindikasi senilai Rp 2,2 triliun untuk sektor ritel dan US$ 125 juta untuk pelaku usaha minyak dan gas bumi, termasuk Rp 400 miliar untuk kredit sindikasi dengan satu perusahaan pembiayaan (multifinance). “Kami kira, dua hingga tiga proyek yang ada di pipeline kami baru akan terealisasi pada kuartal ketiga atau keempat nanti,” imbuh dia.
Menurut Dedy, penurunan proyek kredit sindikasi sebagai cerminan dari melambatnya kondisi perekonomian nasional. Sejatinya, permintaan kredit sindikasi tetap ada, namun Bank Permata memilih lebih hati-hati dalam menyalurkan kredit demi menghindari kenaikan rasio kredit bermasalah (NPL).
Saat ini, proyek kredit sindikasi yang digarap Bank Permata masih didominasi oleh sektor otomotif. Seperti diketahui, sektor ini tengah mengalami ujian berat dalam dua tahun terakhir.
Sebelumnya, Rohan Hafas, Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri menyampaikan, pihaknya mengidentifikasi beberapa proyek yang potensial untuk dibiayai secara sindikasi. “Kemungkinan ada 10 deal yang akan kami realisasikan dengan nilai lebih dari Rp 10 triliun,” ucap Rohan.
Sejak Januari hingga April tahun ini, Bank Mandiri telah menyalurkan pembiayaan melalui skema sindikasi sebesar Rp 37,5 triliun. Beberapa sektor yang dibiayai antara lain jalan tol, jalur kereta, properti, pertambangan, oil and gas, kelistrikan, semen, telekomunikasi dan perkebunan.
Bank Central Asia (BCA) juga sudah mengantongi rencana keikutsertaan dalam pembiayaan sindikasi. Wira Chandra, Head of Corporate Banking BCA mengungkapkan, jumlah kredit sindikasi ditahun ini tidak sebaik di tahun lalu. Ini sejalan dengan pertumbuhan kredit yang juga tidak sebaik tahun lalu. “Tapi, tahun ini bagus buat kami resetting lagi sebelum next growth cycle. Jadi, konsolidasi dulu,” terang Wira.
Sejak awal tahun, BCA sudah kucurkan kredit sindikasi dengan total nilai Rp 2,2 triliun dari target Rp 4,4 triliun.
Sumber: Kontan
http://www.pemeriksaanpajak.com
pajak@pemeriksaanpajak.com
Kategori:Berita Pajak
Tinggalkan komentar