Masih Bergerak Terbatas

7

Belum banyak kabar gembira mengenai kondisi ekonomi dalam negeri dan gobal membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak terbatas. Memang, pekan lalu indeks saham kembali menguat ke kisaran 4.400-4.500, setelah sempat melemah hingga menembus level 4.200 sepekan sebelumnya, tapi penguatannya masih terbatas.

Pada penutupan perdagangan Kamis (3/9) lalu, IHSG berhasil bertahan di level 4.433,11, menguat sekitar 0,72% ketimbang posisi sehari sebelumnya. Tercatat, 184 saham bergerak naik, 85 saham bergerak turun, dan 90 saham stagnan. Investor asing juga kembali membukukan jual bersih di periode perdagangan Selasa-Kamis, dengan total nilai Rp 1,09 triliun.

Pekan lalu, kinerja IHSG cukup dibantu oleh pengumuman data inflasi di Agustus. Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan inflasi Agustus sebesar 0,39%. Sementara inflasi tahunan sebesar 7,18%, turun dari 7,26% di juli. Tapi pengumuman penurunan inflasi ini tidak bisa membuat IHSG menguat tajam.

Maklum, pelaku pasar tampaknya memiliki persepsi sendiri atas penurunan inflasi tersebut. Pelaku pasar menilai inflasi turun lantaran daya beli masyarakat sedang lemah.

Selain soal inflasi, analis Reliance Securities Lanjar Nafi mengatakan, data transparasi penyerapan anggaran yang terealisasi sebesar Rp 39,21 triliun juga mendapat reaksi positif. Cuma, rupiah masih terdepresiasi dan jadi sentimen negatif.

Senior Analyst Daewoo Securities Indonesia, T. Heldy Arifien mengatakan penguatan indeks sifatnya hanya terbatas. Menurut dia, saat ini sudah tidak ada lagi katalis yang mampu mendongkrak kinerja IHSG.

Seharusnya penguatan nilai tukar rupiah menjadi salah satu sentimen yang bisa memperkuat IHSG. Tapi sayangnya kurs rupiah masih terus anjlok. Selain itu pasar juga masih menanti pengumuman produk domestik bruto (PDB) kuartal III-2015.

Dari pengumuman PDB ini akan terlihat kinerja pemerintah selama ini. “Apakah nanti ada perbaikan kinerja atau tidak,” ujar Heldy. Pasar saat ini memang masih memanti perbaikan kinerja pemerintah.

Apalagi pemerintah terus berjanji terus memperbaiki kondisi ekonomi Indonesia yang masih melambat. Salah satunya dengan menerbitkan paket stimulus. Yang paling dinantikan pasar adalah rincian pemberian stimulus kepada sektor industri, agar terjadi efek ekonomi yang lebih besar.

Kepastian Fed Rate

Pelaku pasar berharap ada insentif bagi industri yang kemudian bisa menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar, seperti di sektor perkebunan dan agrikultur. Insentifnya bisa berupa penurunan bea masuk, pemotongan pajak atau pembebasan pajak.

Bila pelaku pasar menyukai rancangan stimulus pemerintah, maka pasar akan bereaksi positif dan IHSG berpeluang kembali menguat terbatas. Tapi, bila pasar tidak sepakat, indeks berpotensi melemah.

Dari kondisi global, pelaku pasar masih terus menunggu pengumuman The Federal Reserve soal kepastian kenaikan suku bunga. Kamis (17/9) nanti, The Fed dijadwalkan akan memberi pernyataan terkait rencana kenaikan suku bunga ini.

Ada kemungkinan kenaikan bunga terjadi. Pasalnya data ekonomi AS menunjukkan perbaikan. Rabu (2/9) lalu, data ADP non-farm payroll menunjukkan penyerapan pekerja sektor swasta di Agustus mencapai 190.000 orang. Meski masih di bawah prediksi 204.000 orang, tapi realisasi ini lebih baik ketimbang penyerapan di Juli yang cuma 177.000 orang.

Data non farm payroll yang dirilis Jumat (4/9) diperkirakan juga akan positif. Berdasarkan konsensus, penyerapan pekerja di luar sektor pertanian bisa naik tipis menjadi 2.17.000 orang dari 215.000 orang di Juli.

Investor juga perlu memperhatikan perkembangan di China. Aktivitas manufaktur di negeri bambu ini masih melemah. Bulan lalu, indeks manufaktur di China turun menjadi 47,3 dari sebelumnya di 47,8.

Heldy memperkirakan pekan depan indeks saham masih akan bergerak stagnan. Kalau pun turun , penurunannya tidak akan terlalu dalam. Sementara bila naik, kenaikannya tidak akan terlalu tajam. “Karena pelonggaran buyback pun lebih kepada menahan laju penurunan saja,” tambah Heldy.

Meski begitu, investor bisa masuk di pasar dengan memanfaatkan penurunan harga saham. “Sektor yang saya lihat patut dilirik pekan depan adalah perbankan, dengan emiten BCA,” imbuh Heldy.

Selain itu, di bidang barang konsumer, investor bisa mempertimbangkan saham INDF, UNVR dan ICBP. “Untuk support IHSG sepekan ke depan saya lihat ada di 4.290 dan resistance di 4.450,” ujar Heldy. Kisaran pergerakan IHSG cukup lebar karena, secara teknikal, risiko yang ada saat ini masih belum terpola.

Sementara lanjar memprediksi IHSG akan bergerak flat cenderung tertekan. Indeks akan bergerak di kisaran 4.355-4.500.

Sumber: Kontan

http://www.pemeriksaanpajak.com

pajak@pemeriksaanpajak.com



Kategori:Berita Pajak

Tag:, , , , , , , , , , , , , ,

Tinggalkan komentar