Penjualan Emiten Grup Astra Injak Pedal Rem

JAKARTA. Sepanjang tahun lalu, penjualan emiten-emiten dalam Grup Astra masih menurun. Perlambatan ekonomi dan penurunan harga komoditas berimbas kepada kinerja emiten grup konglomerasi ini di berbagai sektor, mulai dari perkebunan, otomotif hingga alat berat.

Misalnya saja, PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) yang mencatat penurunan volume penjualan minyak sawit mentah alias crude oil palm (CPO). Penjualan CPO AALI sampai Desember 2015 mencapai 1,04 juta ton . Penjualan ini merosot sampai 24,2% dibandingkan periode yang sama tahub 2014.

Rudy Limardjo, Hubungan Investor AALI mengatakan, penurunan ini terjadi karena sebagian produksi CPO AALI yang dialihkan menjadi olein. Harga jual rerata CPO AALI juga menurun 15,8% dibandingkan tahun 2014 lalu menjadi Rp 6.971 per kg. Sehingga,jika ditotal, pendapatan dari CPO sekitar Rp 7,2 triliun. “Namun, penjualan olein meningkat 61,6% dibandingkan tahun sebelumnya,” kata Rudy, Jumat (29/1).

Penjualan olein naik menjadi 412,214 ton. Sementara penjualan kernel turun 8,8% menjadi 334,078 ton. Harga jual rata-rata kernel juga turun 13,8% secara tahunan menjadi Rp 4.393 per kg.

Di sisi lain, produksi tandan buah segar (TBS) AALI naik 0,7% sepanjang tahun lalu menjadi Rp 5,6 juta ton. Peningkatan produksi terjadi di wilayah Sulawesi. Sedangkan produksi di Sumatera dan Kalimantan masih menurun. Pencapaian produksi CPO AALI sebesar 1,74 juta ton sepanjang tahun lalu.

Sementara itu, penjualan sektor otomotif dari PT Astra International Tbk (ASII) juga melorot. Penjualan mobil ASII sepanjang tahun 2015 lalu sebesar 510.224 unit, turun jika dibandingkan dengan penjualan tahun 2014 yang mencapai 614.169 unit.

Lalu, penjualan mobil LCGC ASII juga menurun menjadi 92.730, dibandingkan sebelumnya 107.849 unit. Penurunan ini menyebabkan pangsa pasar ASII turun hanya sebesar 50% dari total penjualan domestik yang sebesar 1 juta unit.

Nasib serupa terjadi pada PT United Tractors Tbk (UNTR), anak perusahaan ASII di bidang alat berat dan pertambangan. UNTR memperkirakan adanya penurunan penjualan. UNTR memproyeksikan penurunan 10% produksi batubara dan penurunan 15% overburden pada anak usaha tambangnya PT Pamapersada Nusantara.

Penjualan alat berat UNTR per November 2015 baru 2.002 unit, turun dari periode yang sama tahun sebelumnya 3.403 unit. UNTR memperkirakan penjualan alat berat sampai akhir tahun lalu hanya 2.100 unit .

Sementara pada tahun ini, UNTR hanya berharap, bisa mencetak penjualan sebanyak 2.000 unit. Maklum, prospek bisnis batubara belum menunjukkan perbaikan.

Alfred Nainggolan, Kepala Riset Koneksi Capital mengatakan, saat ini, saham-saham grup Astra masih belum prospektif. Pasalnya peluang pertumbuhan di tahun ini juga tipis. Harga komoditas CPO diperkirakan masih belum akan membaik, sehingga kinerja AALI berpotensi turun.

Di sisi lain, sektor otomotif diperkirakan tumbuh tipis. Ia memperkirakan, penjualan otomotif hanya akan bertumbuh 5% tahun ini. Dengan begitu, ASII akan sulit mencapai pertumbuhan laba. Alfred mengatakan belum aka nada perbaikan di sisi penjualan di tiga sektor tersebut.

UNTR yang memiliki lini usaha bidang konstruksi pun diprediksi masih menurun. “Kontribusi sektor kosntruksi masih minim, tidak signifikan untuk mengangkat kinerja,” ujar Alfred.

Analis Mandiri Sekuritas Ariyanto Kurniawan, dalam riset 25 Januari lalu juga mengungkapkan, prospek batubara yang lemah menyebabkan UNTR sulit bernegoisasi dengan produsen batubara. Untuk ASII, Alfred memperkirakan, hanya aka nada pertumbuhan penjualan sekitar 8% tahun ini.

Ia merekomendasikan hold ASII, AALI, dan UNTR dengan target harga masing-masing Rp 6.430, Rp 16.900 dan Rp 19.000 per saham.

Sumber: Kontan

http://www.pemeriksaanpajak.com

pajak@pemeriksaanpajak.com

 



Kategori:Berita Pajak

Tag:, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,

Tinggalkan komentar