Dunia Usaha Mulai Kehabisan Nafas

Waspadai ancaman PHK massal akibat ekonomi yang makin lesu.

JAKARTA. Ini peringatan serius bagi pemerintah. Sebulan berlalu, pebisnis makin ngos-ngosan kehabisan nafas menjalankan bisnisnya. Efek pelambatan ekonomi serta mengendornya daya beli masyarakat membuat bisnis sulit bangkit.

Mengawali Februari ini, industri manufaktur mulai bertumbangan. PT Panasonic Lighting menutup pabriknya yakni di Cikarang, Jawa Barat dan Pasuruan, Jawa Timur. “Pabrik di Pasuruan merumahkan lebih dari 600 orang, sedang di Bekasi 1.000 orang.” Federasi Serikat Pekerja Indonesia, kemarin.

Selain Panasonic, PT Toshiba Indonesia juga menutup pabriknya. Total kopral, 2.500 pekerja di PHK. Langkah mengencangkan ikat pinggang dilakukan bagi perusahaan yang masih bertahan. Kiat paling mudah adalah dengan mengurangi fasilitas dan menaikkan gaji tahunan minim saja.

Hasil survey KONTAN, sebagian besar responden mengaku kenaikan gaji tahun ini hanya 1%-5% karena kondisi perusahaan lesu. Kenaikan tersebut dilakukan sekedar mengikuti ketentuan batas Upah Minimum Provinsi (UMP)

Penjelasan Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gappmi) Adhi S. Lukman memperkuat hasil survey KONTAN. Menurutnya, tahun ini rata-rata kenaikan gaji di industri makanan 2%-6%.

Dia melihat, kendati tumbuh, laju industri makanan juga makin berat karena turunnya daya beli masyarakat. “Kami harap belanja pemerintah yang bisa jadi pemicu, tak terlambat lagi,” kata Adhi Pemerintah juga harus menjaga harga pangan dan menekan biaya energy agar daya beli masyarakat meningkat.

Pengusaha jamu Sido Muncul Irwan Hidayat mengakui, ekonomi makin lesu di awal tahun ini, sebagai imbas perlambatan ekonomi 2015. Makannya, Irwan berharap pemerintah lebih menyederhanakan peraturan investasi dan pajak. “Dukungan infrastruktur dan jaminan faktor keamanan penting agar iklim bisnis membaik,” ujar.

Presiden Direktur PT Sri Rezeki Isman Tbk Iwan Setiawan lebih optimis. Ia mematok target pendapatan perusahaan naik 8% dari tahun lalu.

Menteri Koordinator (Menko) Perekonomian Darmin Nasution menilai, dampak paket kebijakan di awal tahun memang belum terasa. “Ke depan akan terasa, sejalan deregulasi pemerintah yang berjalan,” ujarnya.

Salah satu yang akan berjalan adalah berbagai insentif yang memangkas ongkos produksi industri di kawasan berikat. Akhir bulan ini, ada 12 perusahaan yang akan masuk kawasan berikat.

Adapun, Kepala Badan Koordinasi penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani mengatakan, proses perizinan investasi akan dipercepat dan dipermudah agar banyak investasi masuk. Ini bisa jadi motor penggerak ekonomi dan menciptakan lapangan pekerjaan,” ujar dia yakin.

Sumber: Kontan

http://www.pemeriksaanpajak.com

pajak@pemeriksaanpajak.com

 



Kategori:Berita Pajak

Tag:, , , , , , , , , , , , , ,

Tinggalkan komentar