Minyak Anjlok, Subsidi Biodiesel Membengkak

NUSA DUA – Belakangan ini, harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) menunjukkan tren kenaikan yang mencapai US$ 650 per metric ton. Di sisi lain, harga minyak dunia masih menunjukkan tren penurunan yang sekarang berada di kisaran US$ 37,08 per barel.

Kondisi ini berdampak pada membengkaknya subsidi biodiesel yang harus dikeluarkan Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) Kelapa Sawit. Direktur Penyaluran Dana BPDP Kelapa Sawit Dadan Kusdiana mengungkapkan, penurunan harga minyak dunia berimbas pada penurunan harga bahan bakar minyak (BBM) di dalam negeri.

Bahkan, pemerintah dalam hal ini Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memastikan akan kembali menurunkan harga BBM subsidi, yaitu premium dan solar, menyusul turunnya harga minyak dunia. Penyesuaian tersebut akan dilakukan pada 1 April 2016.

Menurut Dadan, potensi penurunan harga jual solar pada April itu berpotensi memperlebar selisih harga antara solar subsidi dengna biodiesel. Dia bilang, selama Maret ini, BPDP menggelontorkan dana subsidi biodiesel sebesar Rp 2.972 per liter untuk program pencampuran 20% biodiesel ke dalam solar subsidi. “Namun, subsidi ini akan meningkat menjadi Rp 4.000 per liter jika pemerintah jadi menurunkan harga solar lagi dan harga CPO dunia terus merangkak naik,” ujar Dadan, Jumat (18/3).

Hingga 11 Maret 2016, realisasi subsidi biodiesel tahun ini telah mencapai 531.000 kiloliter (KL) dengan nilai Rp 1,6 triliun. Dalam satu bulan, subsidi yang dikeluarkan mencapai 210.000 KL atau 80% dari target yang ditetapkan sebesar 250.000 KL.

Saat ini BPDP Kelapa Sawit telah mengumpulkan dana sekitar Rp 10 triliun sejak pertama kali pungutan ekspor CPO ini diberlakukan pada Agustus 2015 lalu.

Dari jumlah itu, sebesar Rp 6,9 triliun berasal dari dana tahun lalu. Sedangkan Rp 3,1 triliun sudah dihasilkan sejak tahun ini. Dadan memastikan, jika subsidi biodiesel meningkat, maka kebutuhan dana untuk subsidi biodiesel tahun ini yang semula diperkirakan hanya sebesar Rp 10 triliun bakal membengkak menjadi Rp 12 triliun.

Namun, dia mengaku tak khawatir karena pungutan ekspor CPO masih terus berjalan sehingga kebutuhan dana tersebut bisa dipenuhi.

Lebih jauh, Dadan menyebut, mulai pertengahan Maret ini, penyaluran subsidi biodiesel juga akan lebih maksimal karena distribusi biodiesel untuk wilayah Papua dan Indonesia Timur lainnya sudah mulai terealisasi pecan lalu.

Menurutnya, jika saat ini rata-rata realisasi penyaluran subsidi biodiesel masih sekitar 80% dari target, maka ke depan bisa meningkat hingga 90% sampai 95%.

Tidak khawatir

Ketua Umum Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi) Master Parulian Tumanggor optimistis, program pencampuran biodiesel 20% dengan 80% solar pada tahun ini masih akan berjalan sesuai target. Ia mengaku tak khawatir bahwa kenaikan harga CPO yang berbanding lurus dengan penurunan harga minyak dunia bakal menghambat program ini.

Pasalnya, dana yang terkumpul untuk subsidi biodiesel masih cukup besar untuk mendukung produksi biodiesel. Menurut Tumanggor, saat ini saja dana yang sudah terkumpul sekitar Rp 10 triliun dna diperkirakan jumlahnya akan terus bertambah. “Jadi masih cukup dana subsidinya,” ujar Tumanggor.

Sumber: Tabloid Kontan

http://www.pemeriksaanpajak.com

pajak@pemeriksaanpajak.com



Kategori:Berita Pajak

Tag:, , , ,

Tinggalkan komentar