Kemasan Incar Pertumbuhan 9% Tahun Ini

Permintaan tertinggi terjadi sebulan sebelum Ramadan

JAKARTA. Bulan Ramadan menjadi momentum pelaku industri untuk meningkatkan produksi dan penjualan. Pasalnya, saat Ramadan daya beli masyarakat meningkat termasuk kebutuhan primer dan sekunder.

Namun kondisi berbeda justru terjadi untuk industri kemasan. Saat Ramadan, permintaan kemasan justru turun. “Ini sudah seasonal setiap tahunnya, permintaannya pasti turun saat Ramadan,” kata Henky Wibowo, Ketua Umum Federasi Pengemasan Indonesia (FPI) kepada KONTAN pada Minggu (12/06).

Menurut Henky, kenaikan permintaan kemasan justru terjadi sebelum bulan Ramadan. Bahkan permintaan kemasan sebelum bulan Ramadan datang itu menjadi puncak kenaikan permintaan.

Adapun kenaikan permintaan kemasan sebulan sebelum Ramadan tersebut mencapai 6%-7% ketimbang bulan sebelumnya. Kenaikan permintaan kemasan tersebut lebih baik ketimbang periode yang sama tahun lalu yang hanya naik 5%. “Permintaan tahun ini lebih bagus ketimbang tahun lalu,” jelas Henky.

Puncak kenaikan pesanan terjadi karena industri pengguna kemasan meningkatkan stok untuk menyambut Ramadan. Henky menyebut, produsen makanan cepat saji seperti KFC dan McD sudah memesan kemasan sebelum bulan puasa datang.

Menurut Henky, banyak produk konsumen lain memesan kemasan lebih banyak sebelum Ramadan. “Makanya pesanan kemasan saat Ramadan turun. Bahkan dua minggu menjelang Lebaran, industri kemasan sudah tidak ada order baru lagi. Hanya tinggal menyelesaikan pesanan yang sudah ada,” tambahnya.

Kondisi berbeda justru disampaikan manajemen emiten kemasan PT Dwi Aneka Jaya Kemasindo Tbk. Emiten berkode saham DAJK tersebut justru mengklaim masih melaporkan kenaikan permintaan kemasan saat Ramadan. “Ada kenaikan pesanan 20%,” kata Dinna Afrianti, Sekretaris perusahaan PT Dwi Aneka Jaya Kemasindo kepada KONTAN, Minggu (12/6).

Dinna mengklaim, sampai saat ini mereka tidak menerima keluhan maupun pengurangan pesanan kemasan di dalam negeri atau ekspor. “Sampai saat ini tidak masalah (pasokan kemasan),” kata Dinna kepada KONTAN pada Minggu (12/06).

Diminati asing

Asal tahu saja, tahun ini industri kemasan membidik pertumbuhan 9% dari realisasi tahun lalu. Henky yakin, pertumbuhan satu digit tersebut bisa tercapai karena tak ada kendala yang signifikan dalam produksi atau pemasaran. “Memang pernah ada masalah pasokan bahan baku karena permintaannya tinggi. Tetapi sekarang sudah normal kembali,” jelas Henky.

Industri kemasan di Indonesia memang masih memiliki prospek positif seiring dengan pertumbuhan bisnis makanan dan minuman. Selain itu bisnis farmasi juga ikut mendongkrak industri ini.

Pertumbuhan industri kemasan di Indonesia ternyata mengundang daya tarik bagi investor asing. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mengidentifikasi, ada salah satu investor Jepang yang kini ingin investasi US$ 1,6 juta di bidang industri kemasan pasta gigi.

Perusahaan tersebut tertarik untuk membangun basis produksi di Surabaya. Sayang pihak BKPM enggan menyebutkan nama perusahaannya. Franky Sibarani, Kepala BKPM bilang, perusahaan itu kini mencari perusahaan lokal yang untuk di akuisisi.

Sumber: Harian Kontan 13 Juni 2016

Penulis : Juwita Aldiani

http://www.pemeriksaanpajak.com

pajak@pemeriksaanpajak.com



Kategori:Berita Pajak

Tag:, , , , , , , , , , , , ,

Tinggalkan komentar