Sepi Masih Menyelimuti Bisnis Kawasan Industri

Banyak kalangan sepakat, tahun 2016 ini memang tahun yang terasa berat, terlebih melihat kondisi perekonomian. Optimisme yang sempat terbangun di awal-awal tahun, semakin mengempis seiring kenyataan di lapangan. Ekonomi masih bergulir lesu.

Itu pula yang dirasakan oleh para pelaku industry di bisnis kawasan industry. Catatan penjualan sepanjang semester 1 tahun ini mengecewakan. Alhasil, pemain bisnis segemen ini yang tergabung dalam Himpunan Kawasan Industri (HKI) memutuskan untuk merevisi target penjualan lahan industry di greater area Jabodetabek.

Tidak tanggung-tanggung HKI menggunting target hamper 50%, yaitu sebesar 700 hektar (ha) menjadi 400 ha saja tahun ini. Sanny Iskandar, Ketua HKI, mengungkapkan, revisi target penjualan besar-besaran itu tak lain karena pencapaian penjualan kawasan industry sampai akhir semester pertama tahun ini sangat jauh dari harapan. “Semester pertama lalu, penjualan lahan industry di kawasan ini Cuma 48 ha. Itu pun kebanyakan di kawasan Cikarang-Karawang dibandingkan Banten,” terang Sanny.

Kelesuan penjualan kawasan industry itu, diakui oleh Sanny, di luar dugaan. Maklum, sebelumnya pebisnis kawasan industry banyak menaruh harapan pada efek paket kebijakan ekonomi yang diluncurkan pemerintah beberapa waktu lalu.

Nyatanya, segepok paket kebijakan ekonomi itu tidak membawah pengaruh berarti bagi industry ini. “Paket yang sudah dikeluarkan itu belum ada aturan turunan seperti aturan teknis,” ujar Sanny.

Di sisi lain, kondisi perekonomian global yang memang tengah mendung sangat mempengaruhi selera berinvestasi para investor di banyak industry. Tak terkecuali di industry ini.

Salah satu pemain bisnis kawasan industry yaitu PT Kawasan Industri Jababeka Tbk (KIJA) mencatat, minat investor pembeli kawasan industry memang jauh menurun. Muljadi Suganda, Sekretaris Perusahaan PT Jababea Tbk, mengungkapkan, kinerja penjualan kawasan industry di separuh pertama tahun 2016 ini lemah. “Jumlah lahan yang terjual saja kurang dari 1 hektare di kuartal I lalu,” ungkap dia.

Sedang memasuki kuartal II, KIJA mengklaim kondisi pasar sudah lebih baik. Muljadi mengungkap, ada beberapa perusahaan logistic dan manufaktur  yang membeli kawasan industry miliki KIJA. “Angka pasti penjualan belum bisa kami rilis,” elak Muljadi.

PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) mengungkap kondisi tak jauh berbeda. Bahkan sepanjang semester satu lalu, perusahaan yang baru mengakuisisi lahan seluas 120 ha di Subang , Jawa Barat, itu masih mencatat marketing sales 1,1 ha. “Pembelinya perusahaan sektor konstruksi material,” ujar Erlin Budiman, Investor Relation PT Surya Semesta Internusa Tbk.

Pencapaian itu masih sangat jauh dari target penjualan SSIA tahun ini seluas 30 ha. Performa lebih buruk suram ditorehkan PT Intiland Development Tbk (DILD). “Kami belum mencetak penjualan lahan industry selama semester  I lalu,” ungkap Theresia Rustandi, Sekretaris Perusahaan PT Intiland Development Tbk.

Intiland memiliki kawasan industry Ngoro, Mojokerto, Jawa Timur. Kawasan tersebut sekarang tersisa 50 ha dari total lahan seluas 500 ha Perusahaan ini memang lebih focus menjual property segemen high rise building dan mixed use.

Keluar Jabodetabek

Capaian kinerja yang buruk di paro pertama tahun ini, tak ayal memaksa para pelaku industry lebih realistis. Salah satu jurus mereka adalah menggeser focus. Perusahaan menjual kawasan industry semakin getol mempromosikan lahan mereka di luar Jabodetabek. Seperti di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

“Permintaan atas lahan industry kami di Kendal, Jawa Tengah, cukup banyak karena di sana upah buruh dan harga tanah lebih murah dari Jabodetabek,” ujar Setyono Djuandi Darmono, Komisaris Utama PT Jababeka Tbk.

Di Kendal, Jababeka kini memiliki  470 ha yang siap jual dan 870 ha lahan yang masih dalam protes pembebasan. “Dalam setahun paling bagus bisa terjual 100 ha,” kata dia.

Saat ini sudah ada 20 perusahaan yang masuk di kawasan industry Kendal milik Jababeka. Di sana, harga jual lahan berkisar Rp 1 juta- Rp 1,5 juta per meter persegi. Jauh di bawah harga lahan Cikarang Jababeka yang berkisar US$ 150- US$ 300 per meter persegi.

Jababeka juga mengarahkan investor untuk membeli lahan di Kendal apabila membutuhkan lahan industry yang berharga masih murah. Sedang lahan di Cikarang, sudah lebih focus ke residensial, komersial dan high technology industry. Maklum, stok lahan siap jual di sana tersisa 100 ha saja.

Sannya menambahkan, walau capaian semester 1 lalu jeblok, sisa target sekitar 350 ha dia prediksi bisa tercapai di sisa tahun ini. “Sudah banyak calon pembeli yang melakukan kunjungan dan melakukan negosiasi,” kata dia.

Di saat yang sama, daya tarik kawasan industry, menurut Sanny, menjanjikan prospek menarik di masa mendatang. Terutama 14 kawasan industry yang akan dibangun pemerintah di luar Jawa.

Selain berharap efek dari paket kebijakan pemerintah, para pelaku bisnis lahan industry ini optimistis arah perekonomian ke depan makin membaik. “Semester 1 terutama kuartal 1 lalu masih banyak ketidakjelaskan sehingga investor pun masih meraba-raba arah,” kata Sanny.

Mendekati akhir tahun, arah kebijakan pemerintah, di mata pelaku industry ini, sudah lebih jelas. Terakhir, reshuffle cabinet yang cukup merombak susunan tim ekonomi, member harapan baru bagi perbaikan selera investasi para pemodal/

Mari melihat bersama.

Penulis: Oginawa Ramadan, Ruisa Khoiriyah

Sumber: Tabloid Kontan

http://www.pengampunanpajak.com

info@pengampunanpajak.com



Kategori:Berita Pajak

Tag:, , , , , , ,

Tinggalkan komentar