Andalkan Belanja Negara dan Dana Repatriasi

8

KETIDAKPASTIAN ekonomi global nampaknya masih akan membayangi ekonomi Indonesia. Pasca Amerika Serikat (AS) memiliki presiden baru, ekonomi Indonesia tetap harus menghadapi kenaikan suku bunga bank sentral AS, The Federal Reserve akhir tahun ini.

Arus modal keluar menjadi salah satu risiko yang harus dihadapi. Mengingat, pasar keuangan Indonesia saat ini dibanjiri dana-dana panas atau hot money yang bisa pergi kapan saja. Risiko lain di sektor perdagangan internasional.

Arah ekonomi presiden baru AS akan menentukan peta perdagangan dunia ke depan, termasuk Indonesia. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut, dari sisi arus modal, yang paling nyata adalah dampak ke nilai tukar mata uang rupiah.

Makanya, “Kami akan mencoba menetralisir dengan berbagai kebijakan,” ujar Ani, panggilan karib Menkeu, Selasa (8/11). Salah satu upaya adalah mendorong realisasi belanja negara lebih baik lagi. Jika di tahun-tahun sebelumnya realisasi belanja hanya di kisaran 80%-90%, tahun ini target realisasi belanja negara akan di atas 95%.

Harapannya: pertumbuhan ekonomi kuartal IV-2016 lebih baik dibandingkan kuartal sebelumnya. Menkeu yakin menjaga pertumbuhan ekonomi Indonesia di atas negara emerging market lain akan jadi pemanis bagi investor untuk tetap percaya dan mau menyimpan dananya di Indonesia.

Menkeu juga berharap realisasi dana repatriasi dari program amnesti pajak segera masuk Indonesia. Meski sudah ada komitmen repatriasi Rp 160 triliun, kata Menkeu, hingga Oktober 2016, dana yang benar-benar masuk baru Rp 12 triliun, lebih kecil dari prediksi BI Rp 40 triliun. Adapun, sisanya masuk paling lambat 31 Desember 2016.

Dana repatriasi ini diharapkan mampu menambah likuiditas di pasar keuangan sehingga mendorong penguatan rupiah serta bisa menjadi sumber pembiayaan pembangunan.

Sumber: KONTAN

http://www.pemeriksaanpajak.com

pajak@pemeriksaanpajak.com



Kategori:Berita Pajak

Tag:, , , , , , , , , , , , , , , , , ,

Tinggalkan komentar