
JAKARTA. Bulog harus bekerja keras untuk memenuhi target penyerapan beras dan gabah. Sejauh ini, Bulog diperkirakan tidak akan mampu menyerap beras dan gabah sebesar 3,2 juta ton. Angka tersebut merupakan target yang mesti dicapai oleh Bulog sesuai dengan target yang disetujui.
Menjelang tutup tahun yang tinggal hitungan hari, Bulog hanya mampu menyerap sekitar 3 juta ton beras dan gabah petani di tahun ini. Kendati begitu, manajemen Bulog mengatakan bahwa tingkat penyerapan BUMN pangan tersebut dalam tiga tahun terakhir menunjukkan tren peningkatan yang signifikan.
Direktur Utama Bulog Djarot Kusumayakti mengatakan, penyerapan Bulog rata-rata naik sejak tahun 2014 yang mencapai 1,8 juta ton. Tahun lalu, penyerapannya menjadi 2,4 juta ton. Jika penyerapan tahun 2016 mencapai 3 juta ton, penyerapan beras oleh Bulog naik sebesar 66% dalam tiga tahun terakhir.
Djarot menandaskan bahwa Bulog tidak menghadapi kendala berarti dalam menyerap beras dan gabah di tahun ini. “Meskipun tahun ini produksi lebih baik ketimbang tahun lalu, tapi kan ada swasta yang juga menyerap sehingga mengurangi beban Bulog,” ujar Djarot, Kamis (22/12).
Djarot menjelaskan tugas utama Bulog adalah memastikan tidak ada gejolak harga pangan, khususnya beras di pasaran. Ia mengklaim gejolak harga beras pada tahun ini berhasil diredam karena pasokan beras yang dimiliki Bulog mampu menekan harga di pasaran sehingga tidak liar.
Sampai saat ini, stok beras dan gabah di gudang Bulog mencapai 1,75 juta ton. Sampai tutup tahun, Djarot optimis dapat mempertahankan stok beras sebesar 1,60 juta ton. “Kalau prediksi sebelumnya stok sampai akhir tahun 1,5 juta ton, tapi kami berharap bisa mencapai 1,6 juta ton,” imbuhnya.
Menurut Djarot saat ini rata-rata penyerapan beras dan gabah Bulog mencapai 6.000-7.000 ton pada hari kerja yakni Senin-Jumat dan 1.000 ton pada akhir pekan.
Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Kementerian Pertanian (Kemtan) Suwandi mengatakan produksi padi 2016 ini diprediksi 79,1 juta ton Gabah Kering Giling (GKG) atau setara dengan beras 44,3 juta ton, sementara kebutuhan konsumsi beras hanya 33.3 juta ton. Alhasil, neraca beras mencapai surplus 11 juta ton tahun ini.
Sumber : Harian Kontan 23 Desember 2016
Penulis : Noverius Laoli
http://www.pemeriksaanpajak.com
Kategori:Berita Pajak
Tinggalkan komentar