Laba Bersih HRUM Anjlok 99% di Tahun Lalu

2Volume penjualan batubara PT Harum Energy Tbk di 2014 merosot 42% menjadi 8 juta ton

JAKARTA. Kinerja PT Harum Energy Tbk (HRUM) tersungkur pada tahun lalu. Tahun lalu, produsen batubara ini hanya mampu membukukan pendapatan sebesar US$ 477,63 juta, merosot 42,9% dibandingkan tahun 2013 yang sebesar US$ 837,07 juta.

HRUM menderita rugi bersih kuartal IV-2014 senilai US$ 19 juta. Hal ini membuat laba bersih HRUM anjlok 99% menjadi US$ 410.792 saja. Padahal pada 2013 HRUM masih mencetak laba US$ 40,8 juta.

Ariyanto Kurniawan, Analis Mandiri Sekuritas mengatakan, pencapaian ini jauh dari prediksi Mandiri Sekuritas dan pelaku pasar yang memperkirakan laba bersih HRUM sebesar US$ 20 juta-US$ 30 juta. “Penurunan kinerja itu karena penyusutan investasi HRUM sebesar US$ 15 juta di Cockatoo Coal Ltd Australia, akibat penurunan tajam harga saham tahun lalu,” ujar dia, Kamis (2/4).

Vo lume penjualan dan rerata harga jual alias average selling price (ASP) juga turun. HRUM hanya mampu menjual 8 juta ton batubara sepanjang tahun lalu atau melemah 42% year-on-year (yoy). Ariyanto menilai, volume penjualan HRUM akan berlanjut turun 37% menjadi 5 juta ton.

Sementara harga jual rata-rata berada di kisaran US$ 62 per ton atau turun 10% dibandingkan tahun 2013. “Kami memprediksi laba tahun ini akan berlanjut melemah karena volume penjualan yang turun,” ujar ariyanto.

Produksi dihentikan

Renaldy Effendy, Analis KDB Daewoo Securities mengatakan, tahun lalu memang menjadi tahun yang berat untuk HRUM. Penurunan penjualan ini juga tak lepas dari penghentian produksi di dua tambang batubara HRUM karena penurunan harga dan biaya produksi yang tidak efisien.

Manajemen HRUM pernah mengatakan, kedua konsesi batubara yang dihentikan tersebut adalah PT Santan Batubara (SB) dan PT Tambang Batubara Harum (TBH) di Kalimantan Timur. Penghentian operasional pertambangan, khususnya pada konsesi SB, telah dilakukan sejak akhir semester pertama tahun lalu lantaran harga batubara yang terus turun.

Konsesi SB merupakan usaha patungan HRUM dengan anak usaha Grup Indika, yaitu PT Petrosea Tbk (PTRO). SB adalah pemegang Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) generasi ketiga yang berlaku hingga tahun 2038 mendatang.

Jumlah sumber daya konsesi SB berdasarkan Joint Ore Reserve Commitee (JORC) tercatat 140 juta ton. Namun, cadangan batubara SB terbilang minim, yakni hanya 8 juta ton dengan kalori 5.400-6.400 kcal/kg.

Adapun status operasional tambang Tambang Harum, yang juga dihentikan sementara oleh HRUM, masih dalam tahap pra-produksi. Sejauh ini, produksi SB menyumbang 16% dari total produksi. Sementara operasi TBH ditunda sampai adanya pemulihan harga batubara ke level US$ 70 per ton.

Namun dalam jangka panjang, HRUM masih berharap bisa menikmati penguatan nilai tukar dollar AS karena tingat ekspor yang tinggi. “Tetapi karena permintaan global yang melemah, kami tidak melihat ada katalis positif yang bisa mendongkrak margin perusahaan,” ungkap Renaldy.

Hingga akhir Desember tahun lalu, total liabilitas HRUM tercatat mencapai US$ 82,13 juta. Sementara jumlah ekuitasnya sebesar US$ 361,96 juta. Arianto menetapkan kembali rekomendasi Netral untuk saham HRUM dengan target harga Rp 1.700 per saham. Harga HRUM stagnan di level Rp 1.490 per saham.

 

Sumber: Kontan

http://www.pemeriksaanpajak.com

pajak@pemeriksaanpajak.com



Kategori:Berita Pajak

Tag:, , , , , , , , , , , , , , ,

Tinggalkan komentar