Banyak Buruh Kena Tebas, Voucer Tiphone Kian Laris

tiphone-logo

Jakarta. Kalau boleh diibaratkan, saat ini PT Tiphone Mobile Indonesia Tbk sedang bersenang-senang di atas penderitaan orang lain. Bagaimana tidak, dalam kondisi ekonomi yang tengah melambat dan membikin banyak pemutusan hubungan kerja (PHK), penjualan voucer mereka malah makin laris.

Lily Salim, Presiden Direktur PT Tiphone Mobil Indonesia Tbk menduga, dalam kondisi ekoomi yang tengah lesu seperti saat ini, kebutuhan untuk berkomunikasi, baik seluler maupun data, justru meningkat. Bagi masyarakat yang kena PHK misalnya, kebutuhan untuk berselanar di dunia maya, demi mencari informasi lowongan kerja, justru meningkat.

Bagi Tiphone mobile, kondisi yang terjadi pada tahun ini, seperti mengulang catatan perjalanan pada kondisi krisis 1998 dan 2008. Sebab kondisi ekonomi pada dua tahun tersebut sama tak stabilnya dengan tahun 2015.

Namun, pada tahun 1998 dan 2008 itu, kinerja Tiphone mobile tetap tumbuh. “Ini aneh tapi faktanya memang seperti itu,” cerita Lily kepada KONTAN, Senin (14/9).

Atas dasar itu, manajemen Tiphone mobile optimis hingga akhir 2015 nanti lini bisnis penjualan voucer telepon tetap cemerlang. Mereka memprediksi bisnis voucer dan kartu perdana berkontribusi 70% terhadap pendapatan. Barulah sisa kontribusi 30% berasal dari bisnis telepon seluler (ponsel), komisi dan jasa perbaikan.

Hingga semester I-2015, pendapatan voucer dan kartu perdana mencapai Rp 5,30 triliun. Catatan penjualan itu setara dengan kontribusi 58,43% terhadap total pendapatan yakni Rp 9,07 triliun.

Sementara penjualan ponsel tercatat Rp 3,52 triliun atau berkontribusi 38,81%. Lalu, komisi dan jasa perbaikan memenuhi sisa kontribusi pendapatan 2,76%. Masing-masing sumber fulus itu mencetak pendapatan Rp 241,42 miliar dan Rp 1,11 miliar.

Sebelumnya, Tiphone mobile menyebutkkan, ingin mengejar target pertumbuhan kinerja 30% tahun ini. Tahun 2014 lalu, perusahaan berkode TELE di Bursa Efek Indonesia itu mencetak total pendapatan Rp 14,59 triliun.

Jika Tiphone mempertahankan persentase target pertumbuhan itu, hitungan target pendapatan mereka tahun 2015 sekitar Rp 18,97 trilliun. Lantas, target kontribusi bisnis voucer dan kartu perdana sebesar 70%, artinya setara dengan Rp 13,28 triliun.

Bidik handset premium

Meski menjadikan bisnis voucer dan kartu perdana sebagai tulang punggung, bukan berarti Tiphone mobile menafikan sumber bisnis lain. Perusahaan tersebut tetap berupaya menggenjot kinerja bisnis terbesar kedua mereka, yakni penjualan ponsel.

Hanya saja, karena sadar daya beli masyarakat tengah lesu, Tiphone mobile pun berstrategi dengan fokus menjajakan ponsel kelas premium. Manajemen perusahaan tersebut menakar, segmen pasar ponsel premium masih lebih resisten terhadap kenaikan harga ponsel lantaran imbas penguatan dollar Amerika Serikat.

Aksi terbaru manajemen Tiphone Mobile mulai memperkenalkan handset Samsung Galaxy Note 5 di beberapa mal Jakarta. “Katanya krisis tapi pengunjung yang datang tetap membludak, saya juga heran, penurunan memang di segmen middle-low saja,” ujar Lily, tanpa menyebutkan capaian penjualan.

Selain merilis produk baru, Tiphone Mobile juga membekali diri dengan strategi promosi penjualan. Semisal saja promosi potongan harga.

Berbekal strategi itu, Tiphone mobile yakin ponsel mereka bakal tetap laris di pasaran. Mereka percaya strategi promosi mampu menjadi pendongkrak penjualan.

Sumber: KONTAN

http://www.pemeriksaanpajak.com

pajak@pemeriksaanpajak.com



Kategori:Berita Pajak

Tag:, , , , , , , , , , , , ,

Tinggalkan komentar