Dollar AS Kuat, Manufaktur Tak Berdaya

usddolar

Penguatan nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) membuat pelaku industri manufaktur makin ketar ketir. Tak hanya rencana bisnis mereka yang kocar kacir, biaya produksi mereka membengkak karena mahalnya bahan baku yang masih impor.

Bagi perusahaan yang tak kuasa menghadapi hal ini, mereka melakukan pemutusan hubungan kerja ( PHK) hingga menutup perusahaan. Lebih jelasnya, berikut dampak penguatan dollar AS ke sektor industri berikut ini :

Otomotif ,

Industri Otomotif, salah satu sektor yang paling terpengaruh penguatan dollar AS. Saat dollar bertengger diposisi Rp 13.000 , perusahaan otomotif mengurangi jam kerja dengan meniadakan lembur. Produksi otomotif pun turun.

Warih Andang Tjahjono, vice President Director PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) bilang, saat ini mereka masih mempertahankan kebijakan ini. “Dulu maximum overtime, sekarang minimum overtime”, kata Warih kepada Kontan , selasa (22/9).

Karena biaya produksi naik, distributor mobil menaikkan harga jual lewat facelift produknya. Strategi ini dilakukan Toyota dan Daihatsu yang rajin facelift produk dari awal tahun.

Keramik ,

Kondisi industri keramik agaknya lebih berat daripada otomotif . Ketika kurs saat ini, Ketua Dewan Penasehat Asosiasi Keramik dan Aneka Industri (ASAKI) Hendrata Atmoko telah menerima laporan PHK sekitar 1.000 orang. PHK karena beban produksi keramik naik. “ Harga kami naik sehingga masyarakat tak mampu menyerap produk kami,” jelas Hendrata

Elektronika,

Penguatan dollar juga membebani industri elektronika yang masih mengandalkan impor. Karena pergerakan dollar ini, Panasonic telah menaikan harga jual beberapa kali. Associate Director PT Panasonic Gobel Indonesia Achmad Razaki bilang, kalau dollar mencapai Rp 15.000 , besar kemungkinan Panasonic kembali menaikan harga jualnya. “Kenaikan karena kurs selalu berubah.” Kata Achmad.

Farmasi ,

Dampak penguatan dollar juga membuat susah industri farmasi. Biasanya, menjelang akhir tahun seperti ini, industri obat-obatan ini bisa menumpuk bahan baku obat untuk kebutuhan produksi tahun depan. Namun, rencana ini sulit direalisasikan ketika melihat kurs dollar yang perkasa. “Kurs saat ini terlalu tinggi. Kalau kami pasok (bahan baku), benefitnya tidak akan tinggi.” Kata Yasser Arafat ,Corporate Secretary PT Indofarma Tbk (INAF) kepada Kontan, Selasa (22/9). Padahal, stok bahan baku obat penting untuk keberlanjutan persediaan obat.

Tekstil,

Sektor industri yang juga terpukul penguatan dollar adalah Tekstil. Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia ( API ) , Ade Sudrajat mengklaim, periode November 2014 – Agustus 2015 saja , ada puluhan ribu tenaga kerja tekstil yang di PHK. “Tahun ini, tekstil tak bisa tumbuh,” kata Ade.

Sumber: KONTAN

http://www.pemeriksaanpajak.com

pajak@pemeriksaanpajak.com



Kategori:Berita Pajak

Tag:, , , , , , , , , , ,

Tinggalkan komentar