JAKARTA. Industri plastik dalam negeri bersiap mengimpor bahan baku untuk mengantisipasi seretnya pasokan bahan baku dari PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA). Produsen plastik yang bersiap menambah impor bahan baku itu adalah PT Champion Pacific Indonesia Tbk.
Emiten berkode saham IGAR ini mengimpor bahan baku, saat Chandra Asri menghentikan produksi bahan bakunya sementara. “Kami impor dari Korea Selatan,” kata Antonius Muhartoyo, Direktur Utama PT Champion Pacific Indonesia Tbk (IGAR) kepada KONTAN, Minggu (4/10).
Perlu diketahui, mulai 25 September 2015, Chandra Asri akan menghentikan sementara produksi bahan baku plastik sampai Desember 2015. Penghentian produksi bertujuan untuk perawatan mesin serta penambahan kapasitas produksi. Beberapa bahan baku yang diproduksi pabrik yang tengah istirahat produksi ini diantaranya etilena, propilena, py-gas, juga mixed C4.
Antonius bilang, walaupun produksi bahan baku TPIA terhenti, mereka masih bisa produksi dengan menggunakan bahan baku impor. “Selama ini kami masih impor bahan baku spesifikasi khusus,” jelas Anton.
Karena harus impor bahan baku, tentu IGAR harus merogoh kocek lebih mahal. Maklum, saat ini rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Akan tetapi, terkait hal ini Anton enggan memberikan perinciannya.
Mengacu laporan keuangan IGAR, pada semester I-2015, bahan baku yang mereka gunakan termasuk beban pokok penjualan tercatat Rp 257,20 miliar. Dalam laporan ini, Chandra Asri tak termasuk sebagai pemasok terbesar bahan baku untuk IGAR.
Perusahaan yang tercatat sebagai pemasok bahan baku terbesar adalah PT Alumindo Light Metal Industry Tbk dan Kokusai Pulp and Paper Co Ltd. Keduanya tercatat sebagai pemasok bahan baku lebih dari 10% dari total bahan baku untuk IGAR.
Lebih detail, IGAR membeli bahan baku Rp 55,63 miliar kepada PT Alumindo Light Metal Industry Tbk dan membeli bahan baku senilai Rp 37,74 miliar ke Kokusai Pulp and Paper Co., Ltd.
Dominan impor
Budi Susanto Sadiman, Wakil Ketua Umum Asosiasi Industri Aromatik, Olefin dan Plastik Indonesia (Inaplas) bilang, TPIA sudah menyediakan stok sebelum menghentikan produksi. “Jika habis barulah produsen plastik mengimpor,” kata Budi.
Impor bahan baku diproyeksikan berasal dari Thailand, yakni dari SCG Chemical Company Limited yang juga punya 30,57% saham di Chandra Asri. Budi bilang, kebutuhan bahan baku biji plastik dominan impor. Dari kebutuhan 4,7 juta ton bijih plastik, produksi dalam negeri hanya 2,4 juta ton. “Karena Chandra Asri berhenti sementara, mungkin sampai akhir tahun produksi hanya 2,2 juta ton,” ujar Budi.
Sementara Roberto Bernhardeta, Direktur Keuangan Produsen Kemasan PT Berlina Tbk (BRNA) enggan memberikan komentar mengenai dampak berkurangnya pasokan bahan baku plastik di dalam negeri. “Maaf saat ini saya tak bisa memberikan penjelasan,” katanya, (4/9).
Namun, mengacu laporan keuangan BRNA semester I-2015, beban bahan baku, termasuk beban pokok penjualan, tercatat Rp 338,31 miliar. Adapun pemasok bahan baku BRNA lebih dari 10% berasal dari Chevron Phillips Singapore Pte Ltd senilai Rp 40,03 miliar. Selain itu dari PT Dai Nippon Printing Indonesia Rp 27,59 miliar dan SCG Plastic Co Ltd, Rp 19,68 miliar.
Sumber: Kontan
http://www.pemeriksaanpajak.com
pajak@pemeriksaanpajak.com
Kategori:Berita Pajak
Tinggalkan komentar