JAKARTA. Industri berbasis kertas mendapat tantangan yang berat tahun ini. Selain pertumbuhan ekonomi dalam negeri yang melambat, industri berbasis kertas juga tersandung aksi boikot produk kertas tisu di Singapura.
Mengacu data Badan Pusat Statistik (BPS), sampai kuartal III-2015, industri pulp dan kertas mencatat penurunan pertumbuhan 2,22% di kuartal III-2015 ketimbang periode yang sama tahun 2014.
Misbahul Huda, Ketua Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI) bilang, penurunan pertumbuhan berasal dari penurunan permintaan. “Yang terjadi over supply, bahan baku industri kertas kini menumpuk,” kata Misbahul kepada KONTAN, Rabu (4/11).
Semula, pebisnis industri kertas memperkirakan ada pertumbuhan pasar kertas di dalam negeri maupun untuk ekspor. Namun ternyata, proyeksi tersebut meleset dari yang diharapkan.
Di pasar dalam negeri, terjadi pelemahan daya beli yang berakibat pada penurunan permintaan. Adapun di pasar ekspor, industri pulp dan kertas kesulitan menggenjot penjualan karena adanya aksi boikot produk kertas tisu Indonesia di Singapura.
Misbahul bilang, hingga kini aksi boikot tersebut masih berlanjut, sehingga mempengaruhi kinerja ekspor kertas. Aksi boikot kertas tisu dari Indonesia menyusul penyebaran kabut asap dari Indonesia yang menyelimuti Singapura.
Tak terima dengan paparan asap, publik Singapura lantas melancarkan aksi boikot terhadap produk tisu Indonesia. “Asumsi dari Singapura yang menyebutkan industri kertas Indonesia yang membakar hutan itu salah. Padahal, kami yang menanam pohon sebagai bahan baku kami,” kata Misbahul. Hingga saat ini, Misbahul bersama APKI masih mempertanyakan aksi boikot tersebut.
Namun, tak semua pelaku industri kertas membukukan penurunan penjualan. PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk justru mencatat kenaikan penjualan di kuartal III-2015. Merujuk laporan keuangannya, penjualan emiten berkode saham INKP ini naik 9,7% menjadi US$ 2,0 miliar. Adapun penjualannya dari periode sebelumnya tercatat US$ 1,91 triliun.
Kenaikan penjualan berasal dari kenaikan penjualan di dalam negeri 15,8% menjadi Rp 1 triliun. Namun sayang, soal kenaikan penjualan INKP yang merupakan anak usaha Asian Pulp and Paper (APP) ini belum berhasil dikonfirmasi KONTAN.
Namun, Aniela Maria, Head of Stakeholder Engagement APP menjelaskan, tahun ini mereka masih mematok kenaikan penjualan. “Target penjualan kami naik 5%-10%,” kata Aniela lewat pesan singkatnya kepada KONTAN, Rabu (4/11).
Mengacu data Kementerian Perdagangan, pada periode 2010-2014 terjadi penurunan ekspor kertas 3,22%. Ekspor dalam bentuk pulp juga turun 6,74% pada periode waktu yang sama.
Adapun periode Januari-Juli 2015, ekspor kertas turun 2,49% menjadi US$ 2,1 miliar ketimbang ekspor pada periode yang sama tahun 2014 senilai Rp 2,16 miliar. Namun eskpor pulp justru naik 4,17% menjadi US$ 990,9 juta di Januari-Juli 2015 ketimbang periode yang sama tahun 2014 senilai US$ 951,2 juta.
Sumber: Kontan
http://www.pemeriksaanpajak.com
pajak@pemeriksaanpajak.com
Kategori:Berita Pajak
Tinggalkan komentar