Pemerintah Tarik 61% Utang Di Awal Tahun 2016

index

Jakarta. Kementerian keuangan (Kemkeu) telah menyusun strategi untuk menutup pembiayaan defisit pada tahun depan. Rencananya, kemkeu akan memakai strategi front loading dengan menerbitkan 61% dari target Surat Berharga Negara (SBN) di semester pertama 2016.

Strategi ini dipakai untuk mengantisipasi terjadinya tekanan pada pasar keuangan tahun depan. Direktur Jenderal (Dirjen) Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan (Kemkeu) Robert Pakpahan bilang, pemerintah akan menerbitkan SBN sebesar Rp 532,4 triliun (gross) pada tahun depan. Dari pagu tersebut, sebesar 61% akan diterbitkan pada semester pertama 2016.

Penerbitan SBN berdenominasi dollar AS pada awal desember 2015 sebesar US$ 3,5 miliar juga sudah termasuk dalam eksekusi pembiayaan tahun depan. SBN itu diterbitkan di akhir tahun 2015 ini untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan proyek di awal 2016 alias prefunding. “Kami akan melihat perkembangan pasar di semester pertama 2016. Kalau isu suku bunga The Fed sudah soft, maka kepastian pasar sudah ada,” kata Robert, senin (7/12).

Kemkeu juga akan menerbitkan SBN berdenominasi valuta asing pada semester pertama 2016. Empat SBN valas yang akan diterbitkan adalah global bond, samurai bond, euro bond, dan global sukuk. Porsi SBN valas akan diperbesar hingga mendekati angka 30% dari total gross, dari sebelumnya 25%.

Sukuk sebesar 24%

Front loading sebenarnya menjadi strategi penerbitan SBN oleh pemerintah dari tahun ke tahun. Catatan lain, porsi front loading tahun depan sebesar 61% sebenarnya lebih rendah dari porsi penerbitan SBN di semester pertama tahun ini sebesar 63% dari total gross Rp 452,18 triliun.

Walaupun porsi eksekusi SBN awal tahun depan lebih rendah, secara nominal rencana penerbitan SBN di semester I lebih tinggi, yaitu Rp 324,8 triliun. Sebab realisasi penerbitan SBN semester pertama 2015 Rp 284,9 triliun.

Direktur Strategi dan Portofolio Utang Direktorat Jenderal Pengelolaan, Pembiayaan, dan Risiko Kemkeu Schneider Siahaan mengatakan, penurunan porsi penerbitan utang di awal tahun lebih banyak disebabkan faktor eksternal. Terutama rencana kenaikan suku bunga The Fed.

Selain itu, kata Schneider, masih banyak sentimen dari Negara berkembang atau emerging market yang menjadi acuan para investor dalam melihat kondisi pasar keuangan. Sebagai contoh, tahun ini, pasar obligasi terkena dampak bangkrutnya Yunani dan devaluasi yuan.

Selain SBN valas, pemerintah juga berencana menerbitkan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) pada tahun depan sebesar 24% dari total gross SBN atau sebesar Rp 127,8 triliun. Dengan porsi SBN valas yang makin besar, maka secara otomatis porsi sukuk global juga naik. “Kalau tahun ini SBN valas meningkat sampai 30%. Sukuk global sekitar 20%-30%, tergantung seberapa besar pasar menyerap,” tambah Robert.

Pemerintah telah menyiapkan proyek yang akan dibiayai penerbitan sukuk. Antara lain jalur kereta api layang dan jalur ganda di Jawa dan Sumatera, pembangunan dan rehabilitasi Balai Nikah dan Manasik Haji, serta pelebaran jalan di Sumatera, Jawa, dan NTB.

Ekonom Maybank Juniman penerbitan SBN sebesar 61% dari total target pada semester I, cukup ideal dengan pertimbangan adanya tekanan pada pasar keuangan global. Termasuk penerbitan SBN valas di semester pertama.

Sebab tahun depan masih ada ketidakpastian dari kebijakan kenaikan suku bunga The Fed yang diperkirakan sebesar 50 basis poin secara gradual mulai kuartal kedua dan keempat 2016. Termasuk pelonggaran kebijakan moneter di sejumlah Negara maju. “Yang terpenting dari front loading, pemerintah harus memastikan realisasi proyek infrastruktur supaya utang diambil digunakan untuk yang produktif,” kata Juniman. Penerbitan SBN harus memiliki multiplayer efek yang besar, bukan semata-mata untuk menutup defisit 2016.

Sumber: Kontan

http://www.pemeriksaanpajak.com

pajak@pemeriksaanpajak.com



Kategori:Berita Pajak

Tag:, , , , , , , , , , ,

Tinggalkan komentar