
JAKARTA. Efek pelemahan ekonomi tahun lalu membuat pebisnis properti memasang target bisnis konservatif sepanjang tahun ini. Rupanya para pengembang tidak berani terlalu muluk mematok target bisnis tahun ini.
Menurut Michael Yong, Sekretaris Perusahaan PT Summarecon Agung Tbk (SMRA), pertumbuhan ekonomi domestik tahun ini masih dalam tren yang melambat. Alhasil tingkat konsumsi atau daya beli masyarakat Indonesia masih belum optimal.
Makanya, Summarecon Agung mematok target bisnis flat tahun ini, atau sama dengan tahun lalu. Soalnya, bisnis pusat belanja terutama segmen kuliner bakal flat. “Bisnis 2016 masih flat dibandingkan dengan 2015 lalu,” katanya kepada KONTAN, Minggu (17/1).
Perusahaan ini mematok target pra penjualan atau marketing sales Rp 4,5 triliun tahun ini atau sama dengan target tahun lalu. Soalnya, hasil pendapatan penjualan SMRA 2015 cuma Rp 4,25 triliun atau 97% dari target bisnis.
Nah, untuk bisa menggapai target tersebut, Summarecon masih mengandalkan penjualan properti di Summarecon Kelapa Gading, Summarecon Serpong, Summarecon
Bekasi dan proyek baru Summarecon Bandung.
Tipe proyeknya beragam, dari residensial hingga komersial. “Kami berharap bisa menggarap semua segmen pasar karena kondisi ekonomi masih lemah,” kata Michael.
Target konservatif
Untuk merealisasikan rencana tersebut, Summarecon sudah menyiapkan belanja modal Rp 2,7 triliun tahun ini. Dana ini berasal dari kas internal dan pinjaman perbankan. SMRA belum menetapkan berapa porsi kas dan utang.
Summarecon bakal memakai dana tersebut untuk meneruskan proyek yang tengah berjalan. Khusus untuk ekspansi pusat belanja, Michael menyebut tidak ada dalam agenda. Soalnya, target pendapatan mal tahun lalu meleset dari target. “Persentase penurunan lagi kami hitung dulu,” katanya.
PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) juga menargetkan pendapatan penjualan tahun ini sama dengan tahun lalu yakni Rp 3,1 triliun. Direktur Pengembangan Bisnis Pakuwon Jati Ivy Wong bilang, 50% dari target tersebut dari penjualan gedung tinggi dan sisanya sari perumahan. Adapun dari lokasi, sekitar 70% berasal dari pasar Surabaya dan sisanya dari Jakarta.
Pengembang ini sudah menyiapkan belanja modal Rp 1,9 triliun sampai Rp 2 triliun tahun ini. Seluruh belanja modal untuk pengerjaan konstruksi proyek properti.
Pakuwon bakal membangun proyek anyar mulai semester II 2016 ini. Seperti gedung perkantoran di Kota Kasablanka, yakni pembangunan menara ketiga apartemen, dan gedung perkantoran di Tunjungan Plaza, Surabaya. Selain itu ada juga kluster perumahan baru di Pakuwon City, Surabaya Timur dan Grand Pakuwon di Surabaya Barat.
Tapi, ada juga pengembang mematok target positif meski masih konservatif. Seperti PT Intiland Development Tbk (DILD) 8%-10% tahun ini.
Menurut Sekretaris Korporasi Intiland Development Theresia Rustandi, pihaknya masih berkonsentrasi pada proyek yang sudah berjalan. Seperti South Quarter, Serenia Hills dan Park di Jakarta Selatan. Selain itu proyek Talaga Bestari di Tangerang. Dan beberapa proyek di kota buaya, Surabaya.
Meski begitu, Intiland juga tengah menyiapkan empat proyek anyar tahun ini. Salah satunya adalah proyek perumahan Graha Famili di Surabaya Timur.
Sedangkan tiga proyek lainnya masih belum bisa dipublikasi. Yang jelas, untuk belanja modal tahun ini Intiland mematok jumlah Rp 2 triliun.
Ia berharap, proyeksi bisnis ini bisa tercapai asalkan aturan pemerintah yang bisa mendukung bisnis properti domestik bisa terlaksana dengan baik tahun ini.
Pengamat properti Panangian Simanungkalit bilang setelah mengalami kelesuan tahun lalu, bisnis properti tahun ini bisa tumbuh 8%–10%.
Sumber: Kontan
http://www.pemeriksaanpajak.com
pajak@pemeriksaanpajak.com
Kategori:Berita Pajak
Tinggalkan komentar