JAKARTA. Keputusan pemerintah pintu impor jagung bagi swasta membuat harga jagung lokal melonjak drastic. Saat ini, harga rata-rata jagung lokal tembus di atas Rp 6.000 per kilogram (kg) dari harga normal sebesar Rp 3.000 per kg.
Kondisi ini membuat sejumlah industri pajak ternak memilih mencari substitusi jagung untuk memenuhi kebutuhan bahan baku pakan dalam negeri. Asal tahu saja, selama ini, sekitar 50% bahan baku pakan ternak berasal dari jagung.
Direktur Utama PT Sierad Produce Tbk, Eko Putro Sandjojo mengeluhkan, kenaikan harga jagung yang mencapai 100% dari harga normal. Kenaikan harga itu sudah di luar batas kewajaran dan semakin mencekik produsen pakan ternak.
Efek dari lonjakan harga jagung ini turu mengerek naik harga pakan dan harga daging ayam. Yang menjadi masalah juga, pasokan jagung ini sulit ditemukan di dalam negeri.
Untuk mengatasi kondisi itu, Sierad pun memilih mencari substitusi jagung dengan gandum dan teridu. “Sebenarnya kami tidak mengurangi pembelian jagung, tapi yang jadi masalah barangnya juga tidak ada. Jadi kami harus mencari substitusinya seperti terigu,” ujar Eko kepada KONTAN, akhir pekan lalu.
Menurut Eko, kanaikan harga jagung lokal ini tidak dinikmati petani. Sebab, saat ini petani tidak memiliki stok jagung dalam jumlah banyak. Justru yang menikmatinya adalah para pedagang yang memiliki stok jagung dalam jumlah besar.
Eko bilang, naiknya harga jagung turut dipicu tidak akuratnya data yang masuk ke Kementerian Pertanian (Kemtan), sehingga jagung menjadi shortage di Indonesia yang berdampak pada meroketnya harga jagung di pasaran.
Eko sendiri tetap mengapresiasi niat baik pemerintah untuk melindungi petani jagung lewat program swasembada jagung. Namun ia mengingatkan agar Kemtan harus serius memantau pelaksanaan kebijakan itu dan memperbaiki sumber data pangan agar lebih akurat. “Sehingga kebijakan yang baik tersebut tidak menimbulkan distorsi dan blunder dalam jangka pendek yang bisa mematikan sektor lainnya,” tuturnya.
Kurangi Konsumsi
Ketua Umum Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT) Sudirman menambahkan, anggota GPMT tidak akan mengurangi pembelian jagung kendati harganya saat ini sudah tembus diatas Rp 6.000 per kg. “Kami tidak mengurangi pembelian jagung, tidak mungkin begitu. Justru kami sekarang sedang berjuang untuk bertahan (struggle) karena kekurangan stok jagung,” tutur Sudirman.
Namun, kata Sudirman, anggota GPMT sudah menemukan solusi menghadapi langkanya pasokan jagung ini. Yakni, dengan melakukan konversi bahan baku pakan sekitar 15%-20% ke gandum.
Dengan konversi ke gandum, pemakaian bahan baku jagung juga dapat dikurangi. “Ini terpaksa dilakukan karena pasokan jagung di lapangan memang semakin sedikit,” ujarnya.
Seperti diketahui, pemerintah telah menutup keran impor jagung bagi swasta. Gantinya, pemerintah menunjuk Perum Bulog sebagai importir tunggal untuk komoditas jagung. Pemerintah sendiri telah memberikan penugasan kepada Bulog unutk mengimpor sebanyak 600.000 ton jagung.
Dari kuota impor sebanyak itu, sekitar 200.000 ton jagung impor akan datangkan pada awal Februari mendatang. Selebihnya, Kemtan menegaskan, kebutuhan jagung untuk pasar domestik tetap akan diupayakan dipenuhi dari produksi jagung lokal. Karena itu, Kemtan tidak akan mengeluarkan rekomendasi impor jagung bagi perusahan importir swasta.
Sumber: Kontan
http://www.pemeriksaanpajak.com
pajak@pemeriksaanpajak.com
Kategori:Berita Pajak
Tinggalkan komentar