Defisit Gula Membengkak

JAKARTA- Produksi gula Kristal putih (GKP) atau gula tahun 2016 ini diprediksi tak mampu memenuhi kebutuhan nasional. Jika kebutuhan sepanjang tahun ini diperkirakan mencapai 3 juta ton dan kemampuan produksi hanya 2,6 juta ton, artinya tahun ini hingga pertengahan tahun depan bakal terjadi deficit 400.000 ton.

Defisit ini lebih besar ketimbang tahun lalu dengan realisasi produksi mencapai 2,49 juta ton, sementara kebutuhan mencapai 2,7 juta ton. Prediksi produksi tahun 2016 ini merupakan hasil penghitungan menjelang masuk musim giling tebu yang jatuh mulai bulan depan.

Dari total produksi 2,6 juta ton itu, sekitar 1,6 juta ton diproduksi pabrik gula Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Sementara pabrik gula swasta memproduksi 1 juta ton.

Ketua Dewan Pengarah Asosiasi Gula Indonesia (AGI) Dolly Pulungan mengatakan kekurangan produksi gula tahun ini bisa ditutup dengan efisiensi demi meningkatkan rendemen tebu hingga 10%. “Jika bisa efisiensi, BUMN bisa meningkatkan produksi hingga 2 juta ton,” ujarnya, Senin (4/4).

Dolly yang juga Direktur Utama PTPN XI ini menjelaskan, ada 51 pabrik gula BUMN yang beroperasi tahun ini menggenjot produksinya agar bisa mencapai 2 juta ton. Salah satu langkah yang dilakukan adalah efisiensi, konversi lahan dan meningkatkan produksi.

Sejauh ini, beberapa perusahaan gula BUMN mulai menanam tebu di lahan konversi. Misalnya, PTPN XI yang menanam tebu di areal lahan seluas 300 hektare (ha) dari total lahan konversi yang akan dikelola 11.989 ha yang tersebar di Jawa Tengah.

Kamadjaj, Pemilik PT Gendhis Multi Manis (GMM) menjelaskan, tahun ini akan menggiling tebu sebanyak 500.000 ton atau setara dengan gula 45.000 ton. Namun, dia enggan menanggapi poteni defisit gula tahun ini. Yang jelas, dia menyarankan pemerintah member inentif yang menarik untuk swasta membangun pabrik gula.

Menurut Kamadjaja, upaya tersebut lebih masuk akal ketimbang melakukan alih fungsi lahan perkebunan yang tak produktif menjadi lahan tebu. “Konversi lahan harus dihitung dengan teliti,” ujarnya.

Abdul Wachid, Wakil Ketua Panitia Kerja (Panja) Gula DPR menambahkan, upaya memaksimalkan produksi GKP tahun ini tidaklah mudah. Pasalnya, dampak kemarau panjang atau El Nino tahun 2015 masih terasa sampai sekarang. Menurutnya, tahun 2015 kemarau panjang melanda sebagian besar wilayah perkebunan. Kondisi ini tentu mengganggu pertumbuhan vegetative tebu di banyak daerah sentra produksi tebu.

Menurut Abdul, upaya BUMN untuk memperluas lahan tebu akan sia-sia bila tidak mendapat dukungan dari pemerintah. “Perluasan lahan tebu membutuhkan biaya yang besar, padahal BUMN juga harus melakukan pengadaan pupuk dan perbaikan pabrik,” tuturnya.

Sumber: Kontan

http://www.pemeriksaanpajak.com

pajak@pemeriksaanpajak.com

 

 



Kategori:Berita Pajak

Tag:, , , , , , , , , , , , , ,

Tinggalkan komentar