Efek Penurunan Harga BBM, Selama April, Mungkin Deflasi

JAKARTA. Para ekonom memprediksi, penurunan harga bahan bakar minyak (BBM) per 1 April lalu sebesar Rp 500 per liter, kemungkinan besar akan memicu deflasi di bula April. Berdasarkan hasil pengumpulan pendapatan (polling) yang dilakukan KONTAN kepada sejumlah ekonom, selama April terjadi deflasi sekitar 0,3%.

Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual memperkirakan, selama April telah terjadi deflasi sebesar 0,2%-0,3%. Selain enurunan harga BBM, faktor lain yang turut menyebabkan terjadinya deflasi adalah bergesernya puncak masa panen raya.

Biasanya, puncak masa panen terjadi pada Februari, namun karena terjadi fenomena El Nino terjadi tahun lalu, masa panen raya bergeser ke bulan April. “Sehingga suplau kebutuhan bahan pokok di bulan April menjadi lebih lancer,” kata David, Minggu (1/5)

Ekonom lainnya, Aldian Talo Putra dari Standard Chartered Bank terjadi deflasi 0,32% secara bulanan dan 3,73 secara year on year (YoY). Selain penurunan harga BBM, penyebab lain ialah turunnya tariff listrik di April.

Seperti diketahui, per 1 April, PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) menurunkan tariff dasar listrik (TDL) berkisar antara Rp 8 hingga Rp 12 per kilowatt per jam (kWh).

Manajemen PLN memangkas TDL sebagai reaksi terhadap dollar AS, serta tren angka inflasi yang rendah.

Josua Pardede, Ekonom Bank Permata, juga memperkirakan April terjadi deflasi dengan nilai tidak jauh berbeda, yaitu 0,34%. Josua melihat, penguatan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat menjadi penyebab lain terjadi deflasi.

Namun Josua meningkatkan, deflasi ini juga menjadi indikasi bahwa perekonomian dalam negeri belum meggeliat. “Dapat diartikan di sisi permintaan masih cenderung lemah,” katanya.

Lain lagi penilaian Lana Soelistyaningsih. Ekonom Samuel Asset Manajemen ini justru memperkirakan sebaliknya. Ia memprediksi, tetap terjadi inflasi sebesar 0,3% selama bulan April. Dengan laju inflasi itu, inflasi tahunan hingga akhir April berada di level 3,76%.

Meski demikian, Lana ikut mengamini bahwa penurunan harga BBM di April telah mendorong penurunan tariff transportasi. Bah, dampak penurunan tariff transportasi itu terasa signifikan dalam menekan biaya logistic.

Sementara itu David memperkirkan, laju inflasi baru akan kembali meningkat pada bulan Mei atau Juni nanti. Data historis menunjukkan siklus tahunan bahwa inflasi menjelang hari raya atau pada bulan puasa akan cenderung meningkat.

Ia berharap pemerintah bisa belajar dari pengalaman agar kondisi itu terjadi. Paling tidak, dengan system informasi pangan yang lebih baik, kenaikan harga saat puasa atau menjelang bulan puasa bisa terkendali.

 

Sumber: KONTAN

http://www.pemeriksaanpajak.com

pajak@pemeriksaanpajak.com



Kategori:Berita Pajak

Tag:, , , , , , , , ,

Tinggalkan komentar