Jakarta, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bertahan diatas level psikologis 5.000. Investor bisa melirik saham lapis kedua dan ketiga lantaran harga saham unggulan sudah naik tinggi.
Namun jangan asal melirik karena masih ada sejumlah hal yang perlu dipertimbangkan investor. “ Kalau tertarik lapis kedua dan ketiga harus memiliki profil risiko tinggi. Jangan sampai yang mau investasi disana berharap low risk high gain,” kata Frederik Rasali, Analis Minna Padi Investama kepada KONTAN, Kamis (14/7).
Menurut Frederik, Indikator paling mudah adalah fundamental kinerja emiten. Investor bisa melihat price earning ratio (PER) atau price to book value (P/BV) untuk menentukan mahal atau tidaknya suatu saham. Teknik lain adalah discounted cashflow.
Bagi para investor ritel yang memiliki waktu dan akses terbats, Frederik menyarankan agar melakukan riset sederhana menggunakan laporan keuangan. “Lihat sektor riilnya, apakah ada perkembangan nyata, seperti seringnya terdengar nama produk emiten atau deal realistis.” Tandasnya.
Hans Kwee , Direktur Investa Saran Mandiri, menyatakan pelaku pasar boleh saja melirik saham lapis kedua dan ketiga guna memanfaatkan peluang. Namun, investor tetap harus memperlihatkan fundamental perusahaan.
Sektor perbankan, infrastruktur dan konstruksi masih menarik, apalagi dengan sentimen tax amnesty. “Tapi, jangan sampai tax amnesty memutuskan hubungan pergerakan saham dengan fundamental emiten,” jelas Hans.
Maklum, saham-saham lapis kedua dan ketiga rawan digoreng. Dengan mengacu fundamental, investor akan terhindar dari dana nyangkut, seperti kasus PT Sekawan Inti PRatama Tbk (SIAP).
Hans mengatakan, investor bisa melirik saham-saham second liner sektor perbankan, konstruksi dan infrastruktur. Seperti BTPN, BDMN, SMRA, CTRA, BSDE, ASRI, ACST, TOTL, ANTM, INCO, PTBA dan ADRO.
Frederik melihat, sejumlah saham yang cukup menarik seperti NIRO, SOCI, SSIA, SMBR, dan KINO. Analisa Milenium Danatama Sekuritas Parningotan Julio memilih TOTL, WTON, KAEF, TBLA, dan SOCI sebagai saham-saham yang layak dicermati.
TOTL, WTON menarik seiring melajunya sektor infrastruktur. KAEF terlihatoke, seiring penguatan rupiah. TBLA memperbanyak produksi gula dari tebu untuk diversifikasi dari CPO. “SOCI baru saja akuisisi Aframax yang berkapasitas 100.000 dwt,” ujar Hans.
Penulis : Dityasa Hanin Forddanta, Andy Dwijayanto
Sumber: Harian Kontan , 15 Juli 2016
http://www.pemeriksaanpajak.com
Kategori:Berita Pajak

Tinggalkan komentar