Jakarta. Perlambatan ekonomi tahun ini tak mempengaruhi minat pengusaha menanamkan modalnya di Indonesia. Pengusaha asing maupun domestik masih berminat berinvestasi. Badan Koordinasi dan Penanaman Modal (BKPM) mencatat, realisasi investasi kuartal I 2015 mencapai Rp 124,6 triliun, tumbuh 16,9% dibandingkan periode sama tahun lalu.
Tingginya pertumbuhan ini melibihi target tahun 2015 sebesar 12,18% secara tahunan. Realisasi investasi ini setara dengan 24% dari target tahun 2015 sebesar Rp 519,5 triliun. Jika realisasi pertumbuhan kuartal I bisa terjaga hingga akhir tahun, target investasi bakal terlampaui. “Ini memberikan gambaran positif terhadap perkembangan investasi ke depan,” tutur kepala BKPM Franky Sibarani, Selasa (28/4).
Realisasi investasi ini berasal dari Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar 67,5% atau Rp 72 triliun, tumbuh 14,03% dari tahun lalu. Sedangkan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) mencapai 32,5% atau sebesar Rp 34,6 triliun, tumbuh 22,83%.
Pengusaha asing masih mendominasi penanaman modal di sektor pertambangan dan industri logam. Sedangkan pengusaha domestik lebih menyukai sektor konstruksi serta listrik, gas dan air
Berdasarkan asal negaranya, Singapura dan Jepang masih menjadi investor terbesar dengan nilai masing-masing US$ 1,23 miliar dan US$ 1,21 miliar. Yang menarik adalah, investor China mulai masuk ke kelompok 10 besar, dengan nilai investasi US$ 75,1 juta untuk 200 proyek. “Selama ini China selalu di luar 10 besar,” kata Franky.
Investasi dari AS juga dalam tren naik, kembali ke peringkat lima besar, dengan nilai penanaman modal US$ 292,,1 juta untuk 42 proyek. Tahun lalu, investasi AS melorot ke peringkat enam. Ini seiring dengan perbaikan ekonomi negara Paman Sam itu.
Lebih besar
Lalu, investasi dari eropa juga meningkat, seiring datangnya stimulus dari European Central Bank (ECB). Inggris duduk di peringkat empat sebesar US$ 357,3 juta dan belanda peringkat tujuh senilai US$ 239,1 juta.
Franky meyakini keberhasilan investasi yang tinggi ini merupakan imbas strategi BKPM dan pemerintah menyatukan layanan perizinan. Sejak awal tahun, ada Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) di BKPM. Ini memudahkan investor mengurus perizinan, sehingga tak perlu bolak-balik antar instansi.
Oleh karena itu, ke depan dengan semakin baiknya layanan PTSP, Franky optimis pertumbuhan realisasi investasi kuartal kedua akan lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan kuartal pertama tahun ini. Selain sesuai siklus realisasi yang selalu meningkat setiap kuartalnya, BKPM juga telah menyiapkan jurus jitu untuk mendongkrak realisasi investasi di tahun ini dan 2016.
Pertama, sosialisasi fasilitas pembebasan bea masuk atas importasi barang modal selama dua tahun. Insentif ini untuk mendorong investasi PMDN. Syarat untuk mendapatkan fasilitas ini mudah, yang penting barang tersebut memang tidak diproduksi di dalam negeri. “Fasilitas ini juga bisa diperpanjang hingga empat tahun,” imbuh Franky.
Kedua, BKPM akan sosialisasi Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 18 Tahun 2015 tentang tax allowance. Beleid ini mempermudah syarat mendapatkan pembebasan pajak penghasilan (PPh) untuk sektor tertentu.
Ekonom Institute for Development Economy and Finance (Indef) Enny Sri Hartati menilai pertumbuhan investasi yang masih berada pada kisaran 15% belum signifikan. Sebab, angka pertumbuhan tersebut belum dapat mengkompensasi terjadinya depresiasi rupiah.
Sementara itu, sektor investasi terbesar yakni pertambangan juga belum sesuai dengan target pemerintah. Presiden Joko Widodo ingin investasi yang lebih banyak pada sektor penyerap tenaga kerja dan penggerak ekonomi, yakni pada industri padat karya dan manufaktur. Dengan demikian, BKPM perlu kerja keras lagi, agar pertumbuhan investasi mampu mendongkrak perekonomian.
Sumber: KONTAN
http://www.pemeriksaanpajak.com
pajak@pemeriksaanpajak.com
Kategori:Berita Pajak

Tinggalkan komentar