Situasi sulit mencari duit ini bukan hanya dirasakan oleh rakyat kecil dengan pendapatan pas-pasan. Sebagian orang Indonesia yang dompetnya lebih tebal pun merasakan kesulitan berburu duit. Bedanya, kebanyakan orang sulit mencari duit untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, sedangkan sebagian rakyat yang lebih beruntung tadi lebih sulit mengembangbiakkan duitnya.
Saat ini nyaris tidak ada lagi “cara mudah” mengembangbiakkan uang. Investasi di bursa saham tak lagi bisa menjanjikan keuntungan memuaskan dalam jangka pendek, bahkan mungkin menengah. Indeks harga saham gabungan (IHSG) terombang-ambing dalam gelombang ketidakpastian, entah sampai kapan.
Investasi dalam bentuk properti juga tak lagi semenggiurkan beberapa tahun terakhir. Meski akan ada pelonggarann penyaluran kredit pemilikan rumah oleh otoritas keuangan, di kutub lain serentetan varian pajak baru mengincar potensi laba dari investasi properti.
Berbisnis di sektor riil? Ah, coba tanyakan kepada para pelaku bisnis secara langsung. Mungkin hanya segelintir dari mereka yang bisa menjawab sembari tersenyum.
Nah, di saat duit sulit dicolek seperti sekarang, masyarakat harus waspada. Biasanya situasi seperti ini cenderung dimanfaatkan orang jahat untuk menawarkan berbagai macam instrument investasi abal-abal yang menjanjikan keuntungan selangit.
Situasi “jarang duit” seperti ini pernah kita rasakan sekitar tahun 2008-2009 lalu, ketika demam ekonomi akibat krisis perumahan di Amerika Serikat (AS) terasa oleh orang seluruh dunia. Sejak saat itu, berbagai tawaran investasi abal-abal dengan janji-janji keuntungan melenakan pun bertebaran. Yang paling popular penipuan berbalut judul mentereng: investasi emas.
Beragam skema investasi emas ditawarkan. Dan, tentu masih lekat ada dalam ingatan kita, betapa korban investasi emas abal-abal pun berguguran bahkan hingga sekarang: rakyat biasa, selebriti hiburan, politisi, sampai pemuka agama terkena getahnya.
Situasi serupa juga pernah terjadi sepuluh tahun sebelumnya (1998-1999). Krisis moneter waktu itu menjadi media tanam nan subur untuk menyemai skema-skema penipuan bertopeng investasi. Kala itu yang paling ngetren bertema agribisnis. Barisan para korbannya pun tak kalah menghebohkan.
Nah, kembali ke situasi saat ini, entah penipuan investasi model baru seperti apa yang akan bersemi. Apapun macamnya, kunci terhindar dari semua jebakan itu selalu sama dari waktu ke waktu: jangan serakah!
Sumber: Kontan
http://www.pemeriksaanpajak.com
pajak@pemeriksaanpajak.com
Kategori:Berita Pajak

Tinggalkan komentar