Jakarta. Bukan hanya saham kelas bawah, kinerja saham papan atas juga lesu darah. Satu indikasinya, imbal hasil (return) indeks LQ45 – yang menghimpun 45 saham paling likuid di Bursa Efek Indonesia (BEI) – telah minus 7,65% sejak awal tahun hingga Jumat (10/7) lalu atau year-to-date (ytd). Laju indeks LQ45 ini sejalan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang mencetak return minus 7,04%.
Kejatuhan indeks LQ45 dipimpin saham pertambangan, yakni Bukin Asam (PTBA) dengan return minus 42% (ytd), diikuti Aneka Tambang (ANTM) negatif 41,78%, serta Adaro Energy (ADRO) minus 38,94%. Ada pula saham yang masih menunjukkan kinerja moncer. Misalnya, saham AKR Corporindo (AKRA) yang mencetak return 28,64%, diikuti Waskita Karya dengan return 26,32%.
Managing Partner Investa Saran Mandiri Kiswoyo Adi Joe menilai, kenaikan saham AKRA akibat sentimen kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). “Dengan subsidi BBM dihilangkan, AKRA siap bersaing dengan Pertamina,” ujar dia kepada KONTAN, Ahad (12/7).
Kiswoyo memaparkan, AKRA memiliki pengolahan minyak cukup besar. Fasilitas tersebut adalah yang terbesar kedua setelah milik Pertamina. Selain itu, AKRA memiliki stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU).
Sementara pemicu kenaikan saham WSKT adalah pembangunan konstruksi dan infrastruktur. Reza Priyambada, Analis NH Korindo Securities, mengatakan, gencarnya WSKT membangun ruas jalan tol ikut mengangkat harga sahamnya. Melalui anak usahanya, PT Waskita Toll Road, WSKT mengincar proyek jalan tol domestik.
Sementara sektor pertambangan belum mampu keluar keterpurukan. Harga komoditas, seperti minyak mentah, masih rendah.
Reza menilai, pergerakan saham LQ45 di semester kedua ditentukan kinerja masing-masing emiten. “Kinerja kuartal kedua bisa menjadi pertimbangan pelaku pasar,” ujar dia.
Kinerja emiten konsumen dan perkebunan di semester kedua tahun ini diprediksi lebih baik dibandingkan sektor lain. Kinerja sektor consumer didorong momentum Ramadan dan Idul Fitri yang memicu konsumsi masyarakat. Adapun kenaikan sektor perkebunan lantaran memasuki musim kemarau sehingga ada spekulasi pasokan crude palm oil (CPO) berkurang.
Memasuki semester kedua ini, Reza berharap, sektor properti, konstruksi, perbankan dan consumer bisa bergerak positif. Pertumbuhan sektor properti didukung kebijakan baru LTV, serta investor asing yang boleh memiliki properti di dalam negeri.
Sementara konstruksi didukung berbagai proyek infrastruktur. Dengan banyak proyek infrastruktur, sektor perbankan berpotensi terangkat lantaran ada permintaan kredit. “Saham sektor consumer tetap menjadi pilihan pelaku pasar,” tutur Reza.
Sumber: KONTAN
http://www.pemeriksaanpajak.com
pajak@pemeriksaanpajak.com
Kategori:Berita Pajak

Tinggalkan komentar