Suplai Melimpah, Minyak Kian Murah

32JAKARTA. Harga minyak mentah semakin murah. Kekhawatiran suplai di pasar global meluber memicu harga bahan bakar ini tumbang.

Mengutip Bloomberg, Senin (13/7) pukul 15.35 WIB, minyak jenis west texas intermediate (WTI) kontrak pengiriman Agustus 2015 di New York Merchantile Exchange turun 1,99% menjadi US$ 51,69 per barel. Sepanjang Juli ini, harganya sudah tergerus 13,08%. Padahal, bulan lalu, harga WTI sempat bertengger di level US$ 61,82 per barel.

Analis SoeGee Futures Nizar Hilmy menjelaskan, isu suplai masih menjadi penyebab utama pelemahan harga minyak. Pelaku pasar menduga, pasokan akan melimpah apabila sanksi embargo terhadap Iran dicabut. Pada Minggu (12/7) lalu, Sekteraris Negara Amerika Serikat (AS) John Kerry menyampaikan pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif memperlihatkan ada kemajuan mengenai kesepakatan nuklir.

Jika embargo dicabut, Iran berencana menggenjot ekspor minyak hingga 50%. Asal tahu saja, sepanjang Juni lalu, Iran memproduksi 2,85% juta barel minyak per hari.

Belum lagi, Amerika Serikat akan menambah operasional lima unit pengeboran. Padahal, stok minyak Negeri Paman Sam terus naik. Selain itu, negara-negara produsen minyak yang tergabung dalam OPEC memompa 32,1 juta barel minyak per hari sepanjang Juni lalu. Ini level tertinggi sejak Agustus 2012. “Melubernya stok menjadi sentiment negatif bagi harga minyak. Apalagi, pasar tidak bisa menyerap banyak,” jelas Nizar.

Research and Analysist Fortis Asia Futures Deddy Yusuf Siregar menyatakan, penguatan dollar AS masih akan membayangi harga minyak. Pasalnya, masih ada kekhawatiran soal Yunani. Meski Yunani dan kreditur mencapai kesepakatan perpanjangan dana talangan, tapi masih perlu persetujuan parlemen Yunani untuk pengucuran bailout. Artinya, tren euro belum berubah, sehingga dollar AS masih cukup kuat.

29Masih sulit bangkit

Menurut Deddy, sejatinya mulai ada peningkatan permintaan dari China. Sepanjang Juni 2015, impor minyak China naik 27% dibanding bulan sebelumnya. Tapi, peningkatan permintaan selama semester I-2015 hanya 7,5%, atau lebih rendah dibandingkan periode sama tahun lalu, yakni mencapai 10%. Sentimen positif ini belum cukup kuat menangkat harga.

Apalagi, secara global, perekonomian belum pulih. Bahkan, Dana Moneter Internasional (IMF) kembali memotong proyeksi pertumbuhan dunia tahun ini dari sebelumnya 3,5% menjadi 3,3%.

Itu sebabnya, Deddy menduga, hingga akhir pekan ini, harga minyak WTI masih cenderung turun ke kisaran US$ 50-US$ 54 per barel. “Meskipun rebound hanya besifat teknikal,” ujarnya.

Prediksi Nizar, hingga akhir tahun ini, minyak akan bergerak di kisaran US$ 45-US$ 55 per barel. Adapun, hari ini, minyak bisa bergerak antara US$ 51-US$ 53 per barel.

 

Sumber: Kontan

http://www.pemeriksaanpajak.com

pajak@pemeriksaanpajak.com



Kategori:Berita Pajak

Tag:, , , , , , , , , , , , , , , , ,

Tinggalkan komentar