Simpanan berjangka dan tabungan turun

downJAKARTA. Uang tunai nyatanya menjadi pilihan masyarakat kita. Saat ekonomi lesu, masyarakat lebih suka memegang uang tunai ketimbang menaruh di tabungan atau deposito.

Bank Indonesia (BI) menghitung, pada Juni 2015, pertumbuhan uang beredar di masyarakat hanya Rp 4.359,5 triliun, tumbuh 13,0% dibanding Juni 2014. Pertumbuhan uang beredar (M2) pada Juni lebih rendah dibanding Mei yang mencapai 13,4%, sedangkan April 2014 pertumbuhan uang beredar 14,9%.

Survei BI menyebutkan, pelambatan pertumbuhan jumlah uang beredar pada Juni 2015 berasal dari komponen simpanan berjangka dan tabungan, baik dalam mata uang rupiah ataupun valas. BI menghitung: simpanan berjangka dan tabungan turun dari 15,1% pada Mei 2015 menjadi 13,9% pada Juni 2015.

Sedangkan pertumbuhan simpanan masyarakat di bank, relatif stabil pada level 13,2% (year on year) di Juni 2015. Sedangkan realisasi kredit yang disalurkan perbankan pada Juni 2014 tumbuh 10,2% hingga senilai Rp 3.863,9 triliun. “Sedikit melambat dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya 10,3%,” demikian laporan BI, Kamis (6/8).

Faktor yang menyebabkan pertumbuhan peredaran uang di masyarakat melambat, ialah ekspansi keuangan pemerintah pusat dan pertumbuhan kredit yang sama-sama melambat. Ini ditunjukkan dari turunnya tagihan bersih ke pemerintah pusat dari 25,6% pada Mei menjadi 25,5% pada Juni 2015.

Maklum, realisasi belanja pemerintah pada semester pertama 2015 yang secara keseluruhan tercatat masih minim, hanya Rp 773,9 triliun atau 39% dari pagu APBN-P 2015 Rp 1.984,1 triliun, turun dari 2014 yang masih sebesar 41,2%.

Ekonom Standard Chartered Eric Sugandhi mengatakan, pelambatan pertumbuhan uang beredar telah terjadi sejak BI melakukan pengetatan moneter pada 2013. Selama pengetatan dilakukan, Eric bilang, jangan berharap uang beredar tumbuh drastis. BI beralasan pengetatan dilakukan untuk menjaga stabilitas.

“Jika uang beredar tidak tumbuh cepat, maka inflasi bisa terkendali,” terang Eric.

Sebelumnya, Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara menjelaskan, salah satu penyebab perlambatan uang tunai karena masyarakat kini sudah semakin familiar dengan uang elektronik. Hal ini pulalah yang menjadi salah satu alasan realisasi uang tunai yang keluar pada Lebaran tahun ini hanya Rp 125 triliun.

Kenaikan peredaran uang tunai saat lebaran tahun ini hanya tipis dibanding tahun lalu yang sebesar Rp 124 triliun. Biasanya kenaikannya peredaran uang tunai Lebaran mencapai 11% Namun menurut Eric, perlambatan pertumbuhan uang beredar tidak dipengaruhi aktivitas e-money dan e-commerce. Aktivitas e-commerce dan e-money di Indonesia belum pesat sehingga dampaknya ke uang beredar kecil.

 

 

Sumber: KONTAN

http://www.pemeriksaanpajak.com

pajak@pemeriksaanpajak.com



Kategori:Berita Pajak

Tag:, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,

Tinggalkan komentar