Waspadai efek domino devaluasi yuan

yuanJAKARTA. Otoritas moneter nampaknya harus waspada. Keputusan People’s Bank of China mendevaluasi mata uang yuan bisa berdampak lebih dalam ke rupiah. Apalagi jika kemudian Jepang dan Korea ikut mendevaluasi mata uangnya untuk mengimbangi daya saing ekspor China.

Kemarin, Selasa (11/8) rupiah di pasar spot turun 0,42% menjadi 13.607 per dollar Amerika Serikat.  Sedang kurs tengah Bank Indonesia (BI), rupiah melemah 0,03% ke level Rp 13.541,2 per dollar AS.  Dengan level ini, rupiah telah menyentuh level terendah sejak Agustus 1998.

Dengan posisi saat ini, di kawasan Asean, pelemahan rupiah menempati urutan nomor, setelah ringgit Malaysia. Bila disandingkan dengan dollar Amerika Serikat (AS), rupiah terdepresiasi 9,84% year to date. Adapun ringgit Malaysia 13,62%. “Keputusan otoritas moneter China membawa pengaruh ke seluruh mata uang regional termasuk rupiah,” tandas Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara, Selasa (11/8).

Menurutnya pengaruh devaluasi yuan terhadap rupiah tidak sebesar efek ke mata uang Singapura, Korea, Taiwan, dan Thailand. Mirza yakin, pengaruh keputusan China hanya bersifat sementara. Jadi, “Indonesia tidak perlu takut terdepresiasi, meski rupiah undervalue cukup banyak,” katanya.

 

8Harus waspada

Sebagai motor penggerak ekonomi Asia, keputusan PBOC memangkas nilai yuan 1,9% untuk  memicu ekspor bukan mustahil akan diikuti  Jepang dan Korea. Mereka bisa ikut mendevaluasi mata uangnya untuk mengimbangi daya saing ekspor China. “Jika ini terjadi, rupiah bisa terde-presiasi lebih dalam lagi dari sekarang, ” ujar sumber KONTAN yang tak mau disebut namanya.

Meski begitu, BI menilai, kurs rupiah saat ini sudah kompetitif mendorong ekspor manufaktur dan turis masuk ke Indonesia. Namun harus diingat: pelemahan rupiah tak bisa menghela kenaikan ekspor signifikan. Pasalnya, ekspor manufaktur kita berbahan baku impor.

Selain itu, keputusan devaluasi akan membuat barang-barang impor China membanjir. Semakin celaka bila Jepang, Korea Selatan ikut mendevaluasi yen dan won.

“Kebijakan itu akan membuat pasar lokal rentan,” ujar  Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani. Kata dia, ke depan, China akan lebih agresif meningkatkan ekspor. Tak cuma menstabilkan nilai tukar,  pemerintah juga wajib memproteksi produk lokal dari serbuan produk China.

 

Sumber: KONTAN

http://www.pemeriksaanpajak.com

pajak@pemeriksaanpajak.com



Kategori:Berita Pajak

Tag:, , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,

Tinggalkan komentar