JAKARTA. Devaluasi mata uang yuan menebar sentimen negatif bagi harga aluminium. Tak heran, harga komoditas logam industri menyentuh harga termurah dalam enam tahun terakhir.
Mengutip Bloomberg, Rabu (12/8) pukul 12.33 WIB, harga aluminium kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange ambruk 1,7% menjadi US$ 1.560 per metrik ton. Ini harga terendah sejak Juli 2009 silam. Sepanjang tahun ini, harga tergerus 15,79%.
Analis Komoditi Equilibrium Berjangka Ibrahim menilai, sulit bagi harga aluminium bertahan. Sentimen negatif sudah menyelimuti harga komoditas ini sejak data manufaktur China menyuguhkan rapor merah. Apalagi, ekspor Negeri Panda bulan Juli lalu merosot 8,3%.
Hingga akhirnya, Selasa (11/8), Bank Sentral China melemahkan valuasi alias mendevaluasi mata uang yuan demi menggenjot ekspor. “Ini memperbesar keyakinan pelaku pasar, krisis ekonomi China memburuk. Akibatnya harga komoditas terseret,” jelas Ibrahim.
Maklum, Tiongkok termasuk yang paling banyak menggunakan logam industri untuk manufaktur. Dengan keadaan industri manufaktur lesu, permintaan logam industri, seperti aluminium pun lesu. Sepanjang Juli, penjualan aluminium ke China turun 20%.
Tak heran, perusahaan investasi Goldman Sachs Group Inc sampai memangkas proyeksi harga aluminium. Harga aluminium tahun depan diprediksi hanya US$ 1.525 per metrik ton, dari prediksi sebelumnya US$ 1.925 per metrik ton. Lalu, pada 2017, harganya diprediksi hanya naik tipis ke kisaran US$ 1.625 per metrik ton.
Padahal, sebelumnya diproyeksikan bisa mencapai US$ 2.100 per metrik ton. Ibrahim menduga, harga aluminium masih sulit bangkit hingga akhir tahun ini. Kebijakan China masih akan menekan harga logam industri. Apalagi, Kamis (20/8) depan, perhatian pelaku pasar akan terpusat pada ekonomi Yunani. Itu tenggat waktu pelunasan utang Yunani ke Bank Sentral Eropa (ECB).
“Jika kawasan Eropa bergejolak lagi, harga komoditas bisa semakin tenggelam,” ujarnya.
Penguatan dollar AS juga masih menjadi ancaman bagi aluminium. Selama spekulasi kenaikan suku bunga The Fed masih bergulir, harga komoditas sulit pulih. Itu sebabnya, Ibrahim menduga, hingga penghujung tahun ini, aluminium bakal ditutup di level US$ 1.400 per metrik ton. Indikator teknikal juga menunjukkan tekanan.
Moving average dan bollinger band 20% di atas bollinger bawah. Ini indikasi harga terus turun. Stochastic dan RSI juga di level 60% negatif. Hanya, MACD masih wait and see. Prediksi Ibrahim, hingga akhir pekan ini, aluminium di US$ 1.480-US$ 1.565 per metrik ton.
Sumber: Kontan
http://www.pemeriksaanpajak.com
pajak@pemeriksaanpajak.com
Kategori:Berita Pajak
Tinggalkan komentar