Penjual moge menawarkan program cicilan untuk genjot penjualan.
Motor gede (moge) identik dengan berkantong sangat tebal. Maklum, moge paling murah seharga Toyota Grand New Veloz tipe tertinggi yang baru meluncur 12 Agustus 2015 lalu. Dan, kebanyakan orang membeli moge lantaran hobi, bukan untuk transportasi sehari-hari. Makanya, para pencinta moge membeli secara tunai motor bervolume silinder (cc) besar itu.
Tapi, diler dan distributor resmi moge melihat penyuka motor besar juga datang dari orang tidak berkantong sangat tebal. Mereka tetap berduit tapi belum mampu membeli moge yang harganya rausan juta rupiah secara cash.
Itu sebabnya, PT Mabua Harley-Davidson, diler resmi Harley-Davidson, memberikan program cicilan namun hanya untuk produk teranyar mereka Street 500. Program cicilannya beragam tergantung bank dan perusahaan pembiayaan. Tapi, ada yang menawarkan angsuran Rp 3 jutaan per bulan.
Yang terbaru, Mabua Harley-Davidson menggandeng BNI Syariah untuk pembiayaan Street 500. Pada awal Juli lalu, mereka meneken kerjasama program cicilan Hasanah Card. BNI Syariah menawarkan cicilan selama tiga bulan – enam bulan dengan menggunakan Hasanah Card yang berlaku hingga 31 Desember 2015 nanti. “Program cicilan ini menarik untuk eksekutif muda,” kata Yolanda. Yolanda Motoh, Marketing & Communication Manager Mabua Harley-Davidson.
Lewat program cicilan tersebut, Mabua Harley-Davidson ingin menggeber penjualan Street 500 yang dirilis November 2014 lalu. Model paling baru yang dijual Mabua Harley-Davidson itu hanya menggendong mesin 500 cc, lebih rendah dari dapur pacu tipe Harley-Davidson lain di atas 800 cc.
Menurut Yolanda, Street 500 membidik kaum urban perkotaan. Dengan mesin 500 cc, moge berkelir hitam ini memang cocok dipakai di jalan-jalan di kota besar. Tambah lagi, harganya lebih murah ketimbang tipe Harley-Davidson lainnya, sekitar Rp 229 juta off the road. “Dengan cc yang lebih rendah, harganya lebih terjangkau untuk orang muda yang suka Harley-Davidson,” ujarnya. Apalagi, ada program cicilan.
Dan, strategi ini terbukti jitu. Sejak pertama kali ditawarkan pada November tahun lalu, Street 500 menguasai penjualan Harley-Davidson tipe lainnya. Angka penjualan Street 500 mencapai hampir 70% dari total penjualan Mabua Harley-Davidson yang punya sembilan gerai tersebar di Kota Medan, Jakarta, Semarang, Surabaya, serta Bali. Sebanyak 40% penjualan Street 500 melalui kredit.
Cuma, Yolanda bilang, ekonomi dalam negeri yang melambat plus kenaikan bea masuk dan pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) membuat penjualan Harley-Davidson tipe lain menyusut. “Perbedaan penjualan antara 500 cc ke bawah dan ke atas signifikan sekali, mungkin karena affordable,” ucapnya. Meski begitu, peminat Harley Davidson jenis lain tetap masih banyak, tapi umumnya orang membeli untuk motor kedua dan ketiga.
Dengan menjual Street 500 secara kredit, Yolanda menolak bila Harley-Davidson dikatakan mengubah segmen. Segmennya A+ dan A alias kelas atas-atas dan kelas atas. “Mengubah segmen, sih, tidak, hanya target market-nya memang sedikit berbeda,” kata Yolanda.
Lantaran terkena bea masuk dan PPnBM yang tinggi, Yolanda menjelaskan, harga motor Harley-Davidson di Indonesia bisa mencapai dua kali lipat hingga tiga kali lipat dari harga aslinya. Sehingga, yang mampu membeli moge ini memang dari kalangan terbatas dengan segmentasi A+ dan A. Tapi, lewat kehadiran Street 500, Mabua Harley-Davidson berharap pasar moge bisa bertambah.
Agar ke depan penjualan Street 500 makin moncer sekaligus memfasilitasi kebutuhan konsumen, Yolanda menambahkan, Mabua Harley-Davidson akan menambah kerjasama dengan leasing company. Dengan begitu, variasi pembayaran bisa lebih banyak.
Tapi, selain program cicilan, Mabua Harley-Davidson tidak memberikan diskon untuk produk-produk anyar yang mereka jual. “Mungkin ada diskon, tapi biasanya bukan untuk produk yang baru,” ujar Yolanda.
Saat ini, harga motor Harley-Davidson selain Street 500 berkisar di atas Rp 360 juta. Contoh, harga SuperLow Rp 368 juta per unit dan Forty-Eight Rp 458 juta. Yolanda berharap, Indonesia International Motor Show (IIMS) 2015 bisa menjadi ajang promsi untuk produk-produk Harley-Davidson. Di pameran ini, Mabua Harley-Davidson menjadi peserta.
Idem ditto dengan Mabua Harley-Davidson, PT Triumph Motorcycles Indonesia, distributor moge merek Triumph juga memberikan program cicilan mulai tahun lalu. Pembelian secara kredit ini, Paulus B. Suranto, Managing Director Triumph Indonesia, mengatakan, berlaku untuk semua model moge Triumph, yakni adventure, classics, cruisers, roadsters, dan supersports.
Tapi, tak sebatas program cicilan biasa. Sesekali dalam setahun, Triumph Indonesia menawarkan paket cicilan istimewa, dengan jangka waktu terbatas. Contoh, tahun lalu, Triumph memberikan fasilitas cicilan berbunga flat sebesar 7%. “Untuk yang sangat istimewa seperti itu, diarahkan selama tiga bulan saja,” kata Paulus.
Triumph Indonesia mengadakan program kredit untuk bisa menarik pembeli lebih banyak. “Sebenarnya konsumen beli cash juga bisa, tapi karena program cicilannya menarik, bisa pakai dananya untuk keperluan lain,” ujar Paulus.
Memang, tidak seperti motor dengan cc kecil yang porsi pembeluan dengan cicilan bisa mencapai 90% lebih. Moge semacam Triumph yang dibanderol seharga Rp 305 juta per unit hingga Rp 670 juta per unit off the road masih didominasi pembelian secara tunai. Tapi, Paulus mengungkapkan, sejak memberikan program cicilan, kini porsi pembelian Triumph dengan mencicil sebesar 40% dari total penjualan. Saat ini, Triumph Indonesia bekerjasama dengan beberapa perusahaan pembiayaan, seperti Mandiri Tunas Finance dan Oto Multiartha Finance, sebagai pemberi kredit bagi konsumen yang ingin membawa pulang moge Triumph secara mencicil.
Tahun ini, lanjut Paulus, Triumph Indonesia lagi menggodok paket cicilan istimewa yang baru untuk ditawarkan kepada konsumen. Sayang, ia enggan membocorkan, apakah program spesial itu mulai ditawarkan saat Triumph Indonesia mengikuti Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2015 pada akhir Agustus nanti.
Menurut Handito Joewono, pengamat marketing management, pembelian produk dengan cara mencicil memang tak cuma digemari kalangan non-premium. “Konsumen di level apapun pasti mau cicilan, kecuali aliran yang tidak mau berutang,” kata Handito.
Makanya, strategi brand-brand moge tersebut sudah tepat. Saat ini, program cicilan bisa menjadi kendaraan untuk promosi penjualan. Dengan menawarkan pembelian secara kredit, beban tunai konsumen bisa ditunda. Apalagi, promo cicilan seringkali punya efek luarbiasa untuk belanja.
Meski begitu, Handito menegaskan, konsumen barang premium termasuk moge bukannya tidak punya kemampuan membayar secara tunai. Tapi, dengan adanya program cicilan, konsumen justru tertarik membeli barang-barang lain. Jadi, “Ini cuma masalah cara pembayaran saja,” ucap Handito.
Hanya dalam prosesnya, persetujuan seseorang bisa mencicil suatu produk keluar dari pemberi kredit, baik bank maupun multifinance. Walhasil, ada kalanya untuk orang tertentu gampang dapat kredit, yang lain susah memperolehnya.
Karena itu, keleluasaan konsumen untuk memilih pemberi kredit menjadi penting. “Kalau opsinya Cuma satu lalu idak lolos, konsumen malah bisa batal beli,” kata Handito.
Namun, bila ada beberapa opsi pembiayaan yang bisa dipilih, itu bakal memudahkan konsumen dan menjaga minat mereka untuk membeli produk tersebut. Terlebih, di situasi ekonomi seperti sekarang, program cicilan sepertinya adalah altenatif katrol untuk menggerek angka penjualan.
Suara moge yang menggelegar pun kian menderu.
Sumber: KONTAN
http://www.pemeriksaanpajak.com
pajak@pemeriksaanpajak.com
Kategori:Berita Pajak


Tinggalkan komentar