JAKARTA. Impian PT Renuka Coalindo Tbk memproduksi 5 juta ton batubara dalam setahun, pupus sudah. Perusahaan tersebut memilih pasang target produksi realistis sebanyak 600.000 ton batubara dalam setahun.
Asal tahu saja, 5 juta ton batubara dalam setahun adalah target produksi yang Renuka canangkan pada tahun 2012. Kala itu, bisnis batubara masih moncer.
Pada kenyataannya kini, jumlah produksi Renuka sejak April 2014 sampai Maret 2015 hanya sebanyak 600.000 ton batubara. “Jika kami produksi yang lebih banyak bisa saja, tapi tidak ada konsumennya juga, ujar Shantanu Lath, Direktur Utama PT Renuka Coalindo Tbk kepada KONTAN, Jumat (21/8).
Salah satu pemicu penurunan permintaan adalah China. Konsumen batubara global itu memangkas permintaan 40% batubara. China juga hanya mau membeli batubara dengan kalori tinggi.
Renuka sendiri memang tak mengimpor batubara ke China. Komposisi pasar batubara perusahaan berkode SQMI di Bursa Efek Indonesia itu adalah 94% India dan 6% dalam negeri. Namun, Shantanu tak memungkiri efek domino dari aksi China itu.
Di tengah kondisi menggembirakan, Renuka memilih tak menggelar ekspansi tahun ini. Dus, perusahaan itu tak menganggarkan dana belanja modal. Sebagai gantinya, Renuka berupaya meningkatkan efisiensi produksi.
Sembari mengencangkan ikat pinggang, Renuka akan fokus melanjutkan kontrak pembelian yang sudah disepakati dengan klien bisnis. Renuka tidak berencana menambah pasar baru sehingga masih akan mengandalkan pasar India dan domestik saja. Proyeksi porsi pasar untuk dua tujuan pasar itu juga masih sama; 94% India dan 6% domestik.
Manajemen Renuka beralasan, toh, sejatinya pasar batubara dunia hanya empat, yakni India, China, Malaysia, dan Indonesia. Nah, Renuka tak berminat menggarap dua pasar lain. “Untuk pasar China perlu batubara dengan kalori yang lebih tinggi sedangkan untuk Malaysia, persaingannya sudah cukup ketat karena supplier-nya sudah banyak,” beber Shantanu.
Sementara alasan Renuka tak menargetkan porsi pasar domestik yang lebih besar lagi karena belum ada katalis positif. Manajemen perusahaan itu menilai, proyek listrik 35.000 megawatt (MW) belum manjur menggairahkan industri batubara tanah air. Pasalnya, realisasi proyek tersebut membutuhkan waktu lama.
Padahal Renuka ingin menjadi pemasok batubara untuk pembangkit listrik di Sumatra. Sebab, kebetulan perusahaan itu memiliki konsesi tambang batubara di Jambi.
Sepanjang semester I-2015, Renuka mencetak penjualan US$ 2,73 juta atau turun 5,21% dari semester I-2014. Selama enam bulan 2015, Renuka mengantongi rugi US$ 459.162.
Sumber: KONTAN
http://www.pemeriksaanpajak.com
pajak@pemeriksaanpajak.com
Kategori:Berita Pajak
Tinggalkan komentar