Sinyal mencemaskan di balik inflasi Agustus

1JAKARTA. Kian lesu. Itulah gambaran nyata pada wajah ekonomi Indonesia yang tecermin pada tren penurunan inflasi belakangan ini. Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan inflasi sepanjang Agustus 2015 sebesar 0,39%, terendah dalam lima tahun terakhir.

Sementara inflasi setahun terakhir hingga bulan lalu sebesar 7,18%. Asal tahu saja, biasanya inflasi Agustus termasuk puncak inflasi utamanya akibat tahun ajaran baru jatuh di bulan tersebut. Dalam situasi normal, tren penurunan inflasi melegakan karena menunjukkan harga barang tak bergejolak hebat. Namun kali ini kita justru harus cemas melihat tren penurunan inflasi itu.

Menurut Ekonom Bank Permata Josua Pardede, rendahnya inflasi Agustus 2015 justru memperkuat bukti kian melemahnya daya beli masyarakat. Konsumen menahan belanja. Alhasil, pedagang tak berani menaikkan harga jual karena takut dagangannya tak laku.

Hasil survei Bank Indonesia (BI) mengenai indeks kepercayaan konsumen yang menunjukkan posisi stagnan, juga memperkuat tren pelemahan daya beli itu. Faktor utamanya adalah jatuhnya rupiah sepanjang bulan lalu.

“Secara keseluruhan konsumsi masyarakat didominasi permintaan impor,” katanya, Selasa (1/9).

Pelemahan daya beli ini juga tercermin dari penjualan eceran yang melambat. Indeks Penjualan Riil (IPR) Juli 2015 tercatat sebesar 192,3 atau hanya tumbuh 2,1% (yoy). Padahal, Juni 2015 lalu masih tumbuh sebesar 22,9%.

Juru bicara BI Tirta Segara mengatakan, pelambatan penjualan eceran terjadi pada mayoritas kelompok barang. Inilah yang membuat inflasi inti sejak Juli turun ke bawah 5% dan pada Agustus tercatat 4,92%. Peredaran uang menurun akibat masyarakat mengurangi belanjanya.

Namun, Kepala BPS Suryamin menampik penilaian bahwa inflasi yang rendah pada Agustus 2015 ini karena penurunan daya beli masyarakat serta kecenderungan konsumen mengerem belanjanya. Menurutnya, inflasi Agustus kali bisa rendah akibat, “Terjadi deflasi pada transportasi,” tandasnya.

Lihat saja, kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan deflasi 0,58% seiring selesainya arus balik Lebaran.

Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro juga menepis anggapan bahwa rendahnya inflasi Agustus kali ini akibat penurunan daya beli masyarakat. Dia menandaskan, inflasi Agustus bisa rendah karena pola konsumsi masyarakat kembali seperti sedia kala selepas momentum, pasca Lebaran. “Sekarang sudah kembali normal,” tandasnya.

 

Sumber: KONTAN

http://www.pemeriksaanpajak.com

pajak@pemeriksaanpajak.com



Kategori:Berita Pajak

Tag:, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,

Tinggalkan komentar