RMOL. RJ Lino, Direktur Utama PT Pelindo II menjadi sorotan media. Dia jadi newsmaker di saat Bareskrim Polri melakukan penggeledahan di kantornya, Tanjung Priok, beberapa waktu lalu. Lino kaget dan protes kenapa Bareskrim melakukan penggeledahan. Dia telepon Sofyan Djalil, Kepala Bappenas/Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional. Lino bahkan sempat ancam mundur saat bicara dengan Sofyan tersebut.
Pro-kontra muncul melihat aksi Lino tersebut. Wapres Jusuf Kalla dan Menteri BUMN Rini Soemarno membela Lino, tapi banyak juga yang mengkritiknya.
Kemarin, kepada Rakyat Merdeka. Lino memastikan dua hal penting. Pertama, dia selalu menghormati dan menjunjung tinggi penegakan hukum yang sedang diproses Bareskrim. Kedua, dia memastikan untuk terus bekerja profesional menjadikan Pelindo II lebih baik lagi.
Selain itu, dia juga buka suara panjang lebar soal penilaian banyak orang dia banyak bekingnya, termasuk menyikapi gebrakan Menko Maritim dan Sumber Daya Rizal Ramli yang baru-baru ini membongkar beton jalur rel kereta di Priok. Berikut penuturannya:
Setelah persoalan ini “tenggelam” beberapa pekan berlalu, Lino tak ingin persoalan itu diungkit-ungkit lagi. Soal dirinya dinilai banyak beking, soal kasusnya dengan Bareskrim.
Anda dianggap punya beking kuat sehingga “kursi” Anda aman?
Saya ini orang dari timur, punya beking dari mana. Saya bukan orang punya saudara atau apa. Nggak ada. Karena saya kerja profesional saja. Itu saja.
Wapres Jusuf Kalla dan Menteri BUMN Rini Soemarnomembela Anda saat Anda protes penggeledahan Bareskrim…
Mereka support saya sekali, karena mereka merasa apa yang saya kerjakan untuk bangsa ini. Saya profesional. Saya tegaskan sejak saya di Pelindo II tidak ada satu pun keluarga atau saudara saya yang dapat kerjaan dari Pelindo II. Makanya saya berani bilang, siap copot kalau tidak disupport, karena saya nggak butuh jabatan ini. Saya menerima jabatan itu, karena untuk beresin dwelling time. Dari dulu itu komitmen saya. Bukan karena cari uang. Coba ada nggak berani yang bilang begitu.
Kata-kata “mundur” yang Anda sampaikan saat telepon Sofyan Djalil dinilai bernada ancaman. Apa begitu?
Tidak ada. Saya punya apa kok bisa dibilang mengancam. Banyak yang bilang itu sombong. Bukan sombong. Kalau orang bilang saya punya gagasan, iya saya punya kerjaan. New priok, proyek besar, tol laut. Itu yang saya punya. Karena kerja saya profesional.
Anda bilang selalu profesional, lalu seperti apa sekarang Pelindo II?
Anda bisa bayangkan. Perusahaan itu ketika saya masuk pada 2009 punya aset Rp 6,5 triliun. Hari ini perusahaan punya aset hampir Rp 40 triliun. Apa itu bukan prestasi. Bikin profit tiap tahun hampir Rp 2 triliun. Itu yang saya bilang perusahaan tambah kaya. Coba bandingkan kalau anda pergi ke Priok dan ke Belawan. Rasanya apa coba. Priok itu 5 tahun yang lalu cuma bisa menampung 3,5 juta. Hari ini hampir dua kali lipat. Nggak macet, longgar, pelayanan lebih baik.
Selain itu?
Saya itu tiap tahun kirim anak muda ke luar negeri 170 orang. Apa itu bukan prestasi. Nggak ada BUMN lain yang ngeluarin duit untuk menyekolahkan anak muda ke luar negeri. Orang-orang sekolah itu bukan bekerja zaman saya. Untuk masa depan. Katakanlah 4 tahun lagi saya selesai. Tapi orang-orang itu aset bangsa. Kita bayar saat ini. Coba cari ada nggak perusahaan bayar demikian besar untuk sekolahkan.
Kasus dwelling time, crane sedang disidik Bareskrim dan KPK, DPR juga mau galang Pansus Pelindo, tanggapan Anda?
Sebagai warga negara yang baik, kita ikuti saja prosedur hukumnya. Tapi, saya lebih senang bicara masa depan. Bikin kanal apalah.
Menko Rizal Ramli membongkar beton jalur kereta api untuk mempercepat angkutan barang keluar. Sikap Anda?
Menurut CEO saya, itu anggapan bangsa kaca spion. Artinya, selalu lihat ke belakang. Terus kapan majunya kalau cuma lihat kaca spion terus. Lihat kaca spion itu sesekali saja. Jangan terus menerus. Nanti nabrak-nabrak kita.
Maksudnya?
Tidak melihat di depan dan di sekitar kita seperti apa. Itulah kenapa saya sebut bangsa kaca spion.
Kenapa begitu?
Kereta api itu efektif di Priok 150 tahun lalu. Waktu itu tidak ada mobil. Satu-satunya transportasi adalah kereta api. Kemudian, bongkar muat dari kapal ke dermaga masih lambat sekali sehingga kereta api bisa mengimbangi waktu bongkar muat dari kapal. Waktu itu bisa.
Kalau sekarang?
Kalau sekarang sudah tidak bisa lagi. Satu crane itu bisa bongkar kontainer sekitar 29-30 boks per jam. Artinya, setiap dua menit ada satu kontainer. Padahal satu kapal itu dilayani tiga crane. Artinya ada 6 boks dalam satu menit. Jadi kalau kereta api masuk dermaga seperti itu mungkin produktivitas tinggal 5 persen dari yang sekarang. Apa itu yang kita mau?
Terus apa solusi Anda?
Di Pelindo itu sekarang kita sedang memanfaatkan Kanal Bekasi sampai Cikarang. Banjir kanal itu akan kita manfaatkan. Akhir Oktober ini kita akan perdalam menjadi 5 meter. Panjang kanal sekitar 40 kilometer. Ada dua jembatan akan kita tinggikan, sehingga tongkang bisa lewat di bawah. Kemudian kita bikin terminal tongkang di Cikarang.
Jadi barang nanti dari priok kita angkut pakai tongkang langsung ke Cikarang. 1 tongkang muatnya 140 kontainer. 140 kilometer kalau di jalan raya itu panjangnya 3 kilometer. Itu baru solusi. ***
Sumber: RMOL
http://www.pemeriksaanpajak.com
pajak@pemeriksaanpajak.com
Kategori:Berita Pajak
Tinggalkan komentar