Paritel Bersiap Mengerek Harga Barang Jual Lagi

economic 1

Para peritel terpaksa segera  menaikan harga lagi sebagai imbas pelemahan rupiah terhadap dollar AS, yang makin payah.

Menurut Wakil Sekretaris Jendral Asosiasi Perusahaan Ritel Indonesia ( Aprindo ) Satria Hamid, ada potensi peritel bakal mengerek harga 10% karena para pemasok sudah menaikan harga barang.

Ini dengan asumsi rupiah sudah jatuh tersungkur di Rp 15.000 per dollar AS. “ Akibatnya , daya beli konsumen akan turun 10% jika rupiah mencapai level Rp 15.000 per dollar AS” , jelasnya kepada Kontan, Selasa (22/9).

Ia menghitung, sejak Januari 2015 – September 2015 terjadi penurunan daya beli konsumen hingga 7%. Nah, penurunan daya beli ini terjadi karena konsumen mengurangi pembelian barang, dengan beralih membeli barang dengan kapasitas yang lebih kecil serta membeli barang dengan harga yang lebih murah.

Menurut Wiwiek Yusuf, Direktur Pemasaran PT Indomarco Prismatama, sejauh ini para pemasok ( Supplier ) Indomarco belum mengerek harga karena masih punya stok barang ketika rupiah sudah tembus Rp 14.000 per dollar AS. Biasanya, para pemasok menyetok barang untuk jangka waktu tiga sampai enam bulan.

Nah, bila rupiah dalam enam bulan makin loyo, para pemasok yang punya komponen bahan baku impor sudah pasti bakal membeli barang dengan harga lebih mahal lantaran harus menanggung selisih kurs. Imbasnya, harga bisa naik. “ Rata-rata supplier menaikan harga barang sekitar 5% kepada retailer”, kata dia ke Kontan, Selasa (22/9).

Ujungnya, para peritel ikut mengerek harga barang kepada konsumen dengan rasio yang sama. Namun, menurut Wiwiek, Indomarco bakal berhati-hati mengerek harga karena daya beli konsumen juga tengah kempis.

Wiwiek berharap, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tidak tembus Rp 15.000 per dolar AS lantaran ini bisa berpengaruh bagi bisnis para pemasok,ritel dan konsumen.

Indomarco sendiri sudah mengantisipasi efek bisnis ini dengan langkah efisiensi, seperti hemat listrik dan air. “ Namun, kami tidak memangkas jam kerja atau tenaga kerja,” tambahnya.

Soalnya, pengelola Indomaret ini punya pasar kelas bawah dan menengah dengan populasi besar. Alhasil, Indomarco pun tak perlu memangkas jam operasional gerai-gerai Indomaret dari pagi hari sampai malam hari. “ Pada kuartal I – 2015 memang terjadi penurunan daya beli, namun memasuki kuartal II – 2015 dan kuartal III – 2015, ada kenaikan daya beli meski lambat,” jelasnya lebih lanjut.

Pemerintah harus bantu

Sama seperti Indomarco, menurut Direktur PT Hero Supermarket Tbk (HERO) Arief Istanto , pihaknya masih menunggu kepastian dari para pemasok. Asumsinya, jika rupiah terus melemah, para supplier tentu akan menaikan harga barang. “ Dampaknya, konsumen pasti mengurangi jumlah pembelian yang berdampak bagi penjualan Hero Group” katanya.

Saat ini, kata Arief , para pemasok berencana mendongkrak harga produk namum belum ada persentasenya. Dengan kondisi ini, Hero Group berharap pemerintah segera mengambil tindakan cepat untuk mendorong ekonomi. Langkah terpenting, adalah memberi kemudahan pendirian izin minimarket baru diberbagai daerah.

Ia juga berharap pemerintah bisa mempertahankan pertumbuhan ekonomi supaya tidak terus turun. Selain ini, ada upaya mengoptimalkan bahan baku dari dalam negeri. “Masih ada cara lain mendorong ekonomi,” ucapnya.

Sumber: KONTAN

http://www.pemeriksaanpajak.com

pajak@pemeriksaanpajak.com



Kategori:Berita Pajak

Tag:, , , , , , , , , ,

Tinggalkan komentar