JAKARTA. Anjloknya nilai tukar rupiah dikhawatirkan bakal menjadi pemicu kenaikan inflasi. Melemahnya rupiah membuat tekanan imported inflation makin besar. Inflasi juga dipengaruhi oleh kenaikan harga bahan makanan akibat musim kemarau panjang, terutama beras. Data Informasi Pangan Jakarta menunjukkan, harga beras medium pada Minggu (27/9) naik rata-rata Rp 333 per kilogram menjadi Rp 11.583 per kg dari hari sebelumnya.
Kenaikan harga beras juga dikeluhkan Kepala Badan Urusan Logistik (Bulog) Djarot Kusumayekti. Dia bilang, harga gabah kering panen dari petani saat ini berada di angka Rp 5.500 per kg, lebih tinggi dari harga pembelian pemerintah yang sebesar Rp 3.700 per kg. Naiknya harga disebabkan kemarau panjang yang membuat panen menyusut. “Kondisi ini membuat harga beras naik, sehingga serapan beras Bulog tidak akan maksimal,” ujarnya, Jumat (25/9).
Direktur Institut for Development of Economic and Finance (INDEF) Enny Srihartati mengatakan, selain harga pangan, imported inflation yang disebabkan oleh melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar juga akan memicu inflasi. Oleh karena itu, dia berharap pemerintah dan Bank Indonesia (BI) hati-hati mengeluarkan kebijakan moneter maupun fiskal, jangan sampai mendorong inflasi lebih tinggi.
Hasil survey perkembangan harga (SPH) BI menunjukkan, pada pekan ketiga September 2015, laju inflasi bulanan tercatat 0,06%. Sementara inflasi tahunan berada di bawah angka 7%, yaitu sekitar 6,59%. Gubernur BI Agus Martowardojo mengkalim, secara umum selama September tekanan harga bahan pangan cenderung menurun. “Namun kami tetap masih memperhatikan harga beras. Kayaknya itu yang perlu diwaspadai,” kata Agus, pekan lalu.
Sumber: Kontan
http://www.pemeriksaanpajak.com
pajak@pemeriksaanpajak.com
Kategori:Berita Pajak
Tinggalkan komentar