Ada berbagai cara yang bisa dilakukan pemerintah untuk mendongkrak daya beli masyarakat. Selain menurunkan bahan bakar minyak (BBM), pemerintah bisa melakukan transfer cash atau bantuan langsung tunai (BLT) dan lewat program padat karya.
Dari sejumlah langkah itu, manakah yang paling efektif? Ekonom Samuel Asset Management, Lana Soelistianingsih bilang, peningkatan penghasilan, khususnya masyarakat kelas menengah ke bawah melalui optimalisasi dana desa bisa efektif menaikkan daya beli. Apalagi tahun depan pemerintah mengalokasikan dana desa sebesar Rp 47 triliun, naik 26,2% dibandingkan pagu tahun ini Rp 20,8 triliun.
Pemerintah juga bisa menyiapkan proyek sementara untuk menciptakan lapangan kerja, terutama bagi petani. Sebab saat tidak ada musim tanam dan panen, petani cenderung hijrah ke perkotaan untuk mencari pekerjaan. “Harus ada program yang sifatnya cepat, tiga bulan. Misalnya dana desa untuk infrastruktur ringan seperti perbaikan parit atau saluran air,” kata Lana, Senin (5/10).
Menurutnya, penurunan harga BBM, tidak akan serta merta meningkatakan daya beli masyarakat. Sebab, meski harga turun, masih ada unsure pesimisme masyarakat terhadap kondisi ekonomi saat ini. Penurunan harga BBm juga tidak serta merta membuat perusahaan menurunkan harga, karena karena sebagian besar bahan baku produksi masih impor. “Penyesuaian harga tiga bulan setelah turun, “katanya.
Ekonom Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Latif Adam dan Ekonom BCA David Sumual berpendapat lain. Menurut mereka penurunan harga BBM, tertama premium bisa menjadi pilihan. Menurut Latif, premium merupakan barang inelastis, sehingga turunnya harga premium member tambahan dana ke barang konsumsi lain.
Namun kekurangan dari kebijakan subsidi BBm adalah, target masyarakat terbatas pada pemilik kendaraan. “Kalau mau, solar juga menjadi sasaran subsidi bagi pemerintah, “imbuh David.
Pemerintah juga perlu menjaga stabilitas harga beras, karena memiliki bobot 30% terhadap inflasi. Sekitar 70% penghasilan masyarakat menengah bawah untuk beras.
Sementara Ekonom Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Djisman S Simandjuntak mengatakan, BLT bisa menjadi pilihan strategis bagi pemerintah. Namun BLT harus tepat dan selektif. “Sehingga dana BLT benar-benar digunakan untuk konsumsi, bukan ditabung, “tuturnya.
Ekonom Unika Atmajaya A. Prasentyantoko sepakat, program cash transfer bisa cepat meningkatkan daya beli. Selain itu, opsi lain adalah memberi keringanan pajak dengan penurunan pajak penghasilan (PPh) individu.
Sumber: KONTAN
http://www.pemeriksaanpajak.com
pajak@pemeriksaanpajak.com
Kategori:Berita Pajak

Tinggalkan komentar