Faktor Luar Masih Membayangi Rupiah

23JAKARTA. Bagai hujan yang mengusir asap kebakaran hutan. Sepertinya itu gambaran yang pas pada rupiah yang sepekan ini bisa mengusir kisah kelam dan menekuk dollar Amerika Serikat.

Tapi, faktor eksternal menjadi penyokong utama rupiah. Mengutip Bloomberg, mata uang negara-negara berkembang meraih penguatan mingguan terbesar sejak 1998. Ini seiring menipisnya prospek kenaikan suku bunga The Fed di tahun 2015. “Kenaikan bunga The Fed diprediksi kuartal II-2016, antara Maret – Juni tahun depan,” ujar tresuri bank Eropa di Singapura ke KONTAN, Minggu (11/10).

Maklum, data ketenagakerjaan AS di bawah proyeksi. Ini melengkapi berbagai data negatif lain dari Paman Sam. Rights issue HM Sampoerna bukan menjadi isu utama. “Cuma timing yang pas, pasar jual balik dollar karena kecewa dengan data AS dan penundaan kenaikan bunga The Fed,” lanjut tresuri itu.

Pekan lalu, indeks nilai tukar mata asing 20 negara berkembang naik 3,5%. Rupiah dan rubel Rusia tercatat performa terbaik di hadapan USD. Di pasar spot, Jumat (9/10), rupiah ke posisi 13.142, naik 8,42% dalam sepekan.

Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual sepakat, penguatan rupiah disokong pelemahan USD akibat spekulasi penundaan kenaikan suku bunga AS. Pengamat Pasar Uang, Farial Anwar menilai, peluncuran tiga paket ekonomi turut memberikan angin segar, meski minim. Sebab, dampak paket itu terasa jangka menengah dan panjang.

Menurut tresuri bank Eropa, ke depan pasar akan menanti data upah non pertanian alias non farm payroll AS awal bulan depan. “Ini penting untuk ekspektasi pasar,” ujarnya. Ia memprediksi, pekan ini rupiah akan di Rp 13.300 – Rp 13.600 per dollar AS.

Menurut Analis Pasar Uang Bank Mandiri Tbk, Rully Arya Wisnubroto, selain faktor luar, faktor dalam negeri juga bisa menopang rupiah. Seperti angka deflasi 0.05% di September lalu bisa membantu mencapai target inflasi tahun ini. “Jika inflasi membaik, Bank Indonesia bisa mempertimbangkan penurunan suku bunga agar sektor riil lebih bergerak, sebelum The Fed menaikkan bunga,” timpar tresuri Bank Eropa.

David memprediksi, rupiah akhir tahun ini di Rp 13.400 – Rp 13.900. melihat kondisi fundamental saat ini, Rully mengatakan, kurs rupiah semestinya di rentang Rp 13.500 – Rp 14.000 per dollar AS. Sementara tresuri bank Eropa memperkirakan, akhir tahun 2015 rupiah di Rp 13.500 – Rp 13.800 per dollar AS.

 

Sumber: KONTAN

http://www.pemeriksaanpajak.com

pajak@pemeriksaanpajak.com



Kategori:Berita Pajak

Tag:, , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,

Tinggalkan komentar