Impor Ambles, Ekonomi Masih Belum Menggeliat

24JAKARTA. Kinerja ekspor dan impor Indonesia pada September 2015 anjlok 25,95% dibandingkan September 2014. Sedangkan ekspor turun 17,98% dibandingkan September tahun sebelumnya.

Penurunan impor yang lebih dalam dibandingkan ekspor, membuat surplus neraca perdagangan September 2015 mencapai US$ 1,02 miliar. Penurunan impor yang tajam menandakan ekonomi masih lesu karena produksi lambat.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin mengatakan, surplus neraca dagang sebesar US$ 1,02 miliar, menjadi surplus neraca dagang keempat di atas US$ 1 miliar pada tahun ini. Data BPS menunjukkan, selain September 2015, surplus neraca dagang di atas US$ 1 miliar terjadi di Maret, Mei, dan Juli 2015. “Secara agregat pada Januari-September 2015 terjadi surplus US$ 7,13 miliar. Ini merupakan surplus terbesar dalam tiga tahun terakhir,” kata Suryamin, Kamis (15/10).

Penurunan impor pada September 2015 terjadi di seluruh golongan, baik barang konsumsi, bahan baku atau penolong, maupun barang modal. Impor barang konsumsi mengalami penurunan terbesar mencapai 23,94% menjadi US$ 821,5 juta. Impor bahan baku turun 6,62% menjadi US$ 8,66 miliar. Sedangkan impor barang modal turun 0,74% menjadi US$ 2,03 miliar.

Secara akumulatif, pada Januari-September 2015 impor barang konsumsi turun 15,20% menjadi US$ 8,03 miliar dibandingkan periode sama tahun lalu. Impor bahan baku penolong turun 20,68% menjadi US$ 81,53 miliar. Begitu juga dengan impor barang modal yang turun 16,89% menjadi US$ 18,37 miliar.

Turunnya nilai impor di seluruh golongan ini, menjadi bukti bahwa ekonomi Indonesia belum banyak menggeliat. Sebab impor bahan baku dan barang modal menjadi bukti bahwa ekonomi Indonesia belum banyak menggeliat. Sebab impor bahan baku dan barang modal menjadi gambaran aktivitas ekonomi di dalam negeri, terutama di sektor manufaktur.

Kuartal IV naik

Namun Suryamin buru-buru menjelaskan, penurunan impor bahan baku dan barang modal belum tentu menggambarkan penurunan aktivitas industri manufaktur. Apalagi saat ini pemerintah memang tengah menggenjot penggunaan bahan baku dalam negeri.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Sasmito Hadi Wibowo mengatakan, impor barang konsumsi dan barang modal akan meningkat di tiga bulan terakhir 2015. Sebab proyek-proyek infrastruktur mulai berjalan.

Walau begitu, dia berharap, surplus neraca perdagangan masih bisa terjadi. Surplus diharapkan bukan karena turunnya impor yang dalam, namun karena peningkatan ekspor. Menurut Sasmito beberapa komoditas nonmigas yang potensial ekspor ialah perhiasan, permata dan kopi.

Sasmito memperkirakan surplus neraca perdagangan sepanjang 2015 bisa US$ 8 miliar sampai US$ 9 miliar. “Surplus di atas US$ 5 miliar sudah bersyukur, jika bisa US$ 8 miliar-US$ 9 miliar ini sudah bagus sekali,” katanya.

Ekonom Samuel Asset Management Lana Soelistianingsih bilang, ekkspor non komoditas belum bisa membantu karena 48% ekspor Indonesia masih berasal dari barang komoditas, seperti CPO dan batubara. Sementara turunnya impor barang konsumsi disebabkan depresiasi rupiah dan penurunan daya beli.

Lana menghitung di sisa tiga bulan tahun ini, neraca perdagangan masih bisa kembali surplus, walau tidak terlalu besar. Dengan begitu neraca perdagangan 2015 bisa lebih dari US$ 8 miliar.

 

Sumber: Kontan

http://www.pemeriksaanpajak.com

pajak@pemeriksaanpajak.com



Kategori:Berita Pajak

Tag:, , , , , , , , , , , , , ,

Tinggalkan komentar