Kerugian Akibat Asap Melebihi Rp 20 Triliun

indexJAKARTA. Kerugian eonomi akibat kebakaran hutan dan gambut pada tahun ini diperkirakan mencapai lebih dari Rp 20 triliun. Kerugian yang sangat besar itu diderita oleh masyarakat dan dunia usaha yang terkena dampak kebakaran hutan, baik langsung maupun tidak langsung.

Perkiraan kerugian tersebut diungkapkan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dengan memakai perhitungan yang relatif sama pada 2014. Kepala Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, pada tahun 2014 kebakaran hutan hanya terjadi di Riau, selama tiga bulan.

Sedangkan tahun ini kebakaran hutan lebih luas dan lebih lama. “Sehingga kerugiannya pasti lebih besar,” kata Sutopo, Jumat (30/10). Nilai kerugian akan lebih besar karena sampai saat ini kebakaran hutan masih terjadi.

Kebakaran hutan tidak hanya merugikan masyarakat, namun juga menguras anggaran negara. BNPB mengaku, pihaknya telah mengeluarkan biaya mencapai Rp 500 miliar untuk menghentikan kebakaran hutan. “Itu untuk sewa pesawat, helikopter untuk water bombing, operasional dan pembuatan hujan buatan,” katanya. Dana yang dikeluarkan BNPB kemungkinan besar membengkak karena upaya pemadaman kebakaran masih berlangsung.

Kepala Bidang Lingkungan dan MitigasiBencana Pusat Pemanfaatan Pengindraan Jauh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Parwati Sofan menjelaskan, berdasarkan pengamatan Lapan selama periode 1 Juli sampai 20 Oktober 2015, kebakaran hutan telah menghancurkan 2,09 hektare (ha) lahan hutan dan gambut.

Kebakaran hutan tersebar di tujuh titik, yaitu Sumatera seluas 832.999 ha, Kalimantan 806.807 ha, Papua 353.191 ha, Sulawesi 30.912 ha. Lalu Bali dan Nusa Tenggara 30.162 ha, Jawa 18.763 ha, dan Maluku 17.063 ha. Parwati menyatakan, luas lahan yang terbakar dihimpun dengan menggunakan dana satelit. “Itu bersifat perkiraan,” katanya.

Data Lapan juga memiliki kelemahan karena tidak mampu mendeteksi lahan terbakar dengan luasan di bawah 6,25 hektare. “Metode ini juga tidak bisa mendeteksi lokasi kabakaran hutan yang tertutup awan maupun asap tebal,” katanya.

Walaupun begitu, data ini bisa menjadi gambaran betapa luas kebakaran hutan yang terjadi saat ini. Data Rekapitulasi luas kebakaran hutan per provinsi yang dikeluarkan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menunjukkan, pada tahun 2014 seluas 44.411,36 ha. Sutopo mengatakan, pada tahun ini luas, areal hutan yang terbakar cukup besar. “Itu setara 1,9 juta lapangan bola, 32 kali luas Jakarta dan empat kali luas Bali,” katanya. Sebab itu, Sutopo yakin nilai kerugian melebihi Rp 20 triliun. “Saat ini masih dihitung,” katanya.

 

Sumber: KONTAN

http://www.pemeriksaanpajak.com

pajak@pemeriksaanpajak.com



Kategori:Berita Pajak

Tag:, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,

Tinggalkan komentar