Tarif Naik Terus, Byarpet Jalan Terus

listrikSepanjang tahun ini, tarif listrik rumah tangga naik berkali-kali hingga 50,3% namun frekuensi pemadaman listrik juga makin sering

JAKARTA. Pelanggan listrik pantas kecewa dan marah pada pelayanan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN). Betapa tidak, tarif listrik naik terus seolah tiada henti sepanjang tahun ini. Namun pelayanan yang diterima pelanggan justru semakin buruk saja.

Lihat saja. Sepanjang tahun ini, tarif listrik rumah tangga golongan R1 dengan daya 1.300 VA-2.200 VA, sebagi contoh, naik sekitar 50,3% ketimbang tarif awal tahun lalu. Maklum, awal tahun ini, tariff R1 masih berada di posisi Rp 1.004 per kilowatt hour (kwh). Desember 2015, tariff golongan pelanggan ini sudah naik menjadi Rp 1.509,38 per kwh.

Celakanya, tarif listrik naik tinggi, byarpet listrik jalan terus. Sumber KONTAN mencatat, sepanjang bulan Desember 2015 saja, frekuensi pemadaman listrik secara parsial di wilayah Jabodetabek lebih dari 40 kali. Angka itu sama dengan frekuensi pemadaman listrik selama enam bulan pertama tahun 2014 di wilayah yang sama.

Masuk akal jadinya sejumlah pelanggan PLN memprotes buruknya layanan yang dia terima. Apalagi sepekan terakhir saat musim ujian anak sekolah, listrik acap padam sejak sore hingga malam. “Saya terpaksa mengajak anak belajar di salah satu fastfood yang listriknya menyala,”kata Lindawati, seorang warga Pamulang,Tangerang Selatan, kemarin.

Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi menyatakan, layanan yang diterima oleh pelanggan PLN saat ini memang tidak setimpal dengan harga yang harus dibayar mereka.”Ini ironi. Tuntutan masyarakat adalah aliran listrik bisa stail. Eh, kok malah dijawab dengan kenaikan tarif dan listrik sering padam, “ ungkap Tulus kepada KONTAN, kemarin (11/12).

Ia juga menyoal pertimbangan kenaikan tarif listrik yang mengacu pada inflasi. Sebab selama ini kenaikan tariff listrik lah yang justru memicu inflasi.”Tarif adjustment itu tidak adil. Tarif ini akan menjadikan privatisasi PLN dan bisa dijual ke asing,”ungkapnya.

Selain kelompok pelanggan rumah tangga, pebisnis juga kesal akibat aliran listrik sering padam. Minarto Basuki, Direktur dan Sekretaris Korporasi PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) menyatakan, makin seringnya pemadaman mengganggu operasional pusat perbelanjaan. Memang ada genset listrik cadangan. Tapi, “Kan, biaya juga jadi ikut naik kalau menggunakan genset,” ungkap dia.

Sekretaris Perusahaan PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk, Setyadi Surya, menambahkan bahwa listrik yang sering padam juga mengganggu Kenyaman pengunjung pusat perbelanjaan. “Juga server kami, “katanya.

Tutum Rahanta, Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) menyatakan, pengusaha lebih baik membayar tarif listrik mahal tetapi dapat pelayanan prima seperti di Singapura. ”Jangan bayar mahal tetapi pelayanan sekelas kaki lima, “kata dia. Sejauh ini, Manajemen PLN hanya bisa menelan keluhan pelanggan . Pelaksana Tugas Kepala Humas PLN Bambang Dwiyanto menyatakan, PLN akan mengambil konsekuensi dengan memberikan diskon biaya beban jika pelayanan tidak prima.

Persoalannya, ada criteria pemberian diskon tarif listrik ini. PLN menetapkan Tingkat Mutu Pelayanan (TMP) di masing-masing daerah dengan standar yang berbeda-beda. “Kalau TMP tidak terpenuhi, barulah ada diskon biaya beban, “ungkap dia kepada KONTAN, Kamis (10/12). Duh, lagi-lagi pelanggan hanya bisa gigit jari.

 

Sumber: KONTAN

http://www.pemeriksaanpajak.com

pajak@pemeriksaanpajak.com



Kategori:Berita Pajak

Tag:, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,

Tinggalkan komentar