
JAKARTA. Perlambatan ekonomi China akan berdampak ke dalam negeri. Apalagi China adalah salah satu negara mitra utama RI. Menteri Koodinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution tak menampik, penurunan data manufaktur China telah menimbulkan kekhawatiran yang lebih besar terhadap kondisi ekonomi dalam negeri, terutama dari sisi ekspor.
Ditambah lagi, kondisi ekonomi Brazil dan situasi politik Timur Tengah saat ini turut mempengaruhi harga minyak mentah dan ekspor migas RI.
Melihat kondisi itu, Darmin bilang, pemerintah sudah memiliki rencan mengatasi gejolak ini. “Tentunya kami punya rencana-rencana. Pemerintah sudah mulai bergerak sejak Januari ini,” katanya, Selasa (5/1). Sayangnya, Darmin tidak memberikan gambaran secara jelas tentang rencan tersebut.
Dirjen Kerjasama Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan Bachrul Chairi bilang, perlambatan ekonomi China dipastikan mempengaruhi permintaan produk-produk bahan baku industry dari China, contohnya batubara, hasil tambang, serta produk perkebunan seperti kapas dan kakao. Akibatnya neraca dagang tahun ini defisit lebih dalam. “Neraca dagang RI-China tahun 2015 diperkirakan defisit sekitar US$ 10 miliar,” katanya.
Pemulihan AS
Ekonom Institute for Development and Finance (Indef) Eko Listianto mengatakan, penurunan data manufaktur menunjukkan adanya perlambatan ekonomi China. Meski otoritas China telah mengambil kebijakan moneter dengan mendevaluasi mata uang, namun nyatanya kondisi ekonomi negara tembok raksasa itu belum terangkat. “ Jika pertumbuhan ekonomi China melambat, kinerja ekspor RI akan tertekan,” katanya.
Penurunan ekspor akan berdampak pada produksi manufaktur dan juga komoditas yang akan tertekan. Pada bulan Desember 2015, Eko memproyeksikan ekspor Indonesia akan menurun dibandingkan tahun lalu. Tapi impor berpeluang meningkat di Desember sehingga terjadi defisit neraca dagang di bulan terakhir 2015.
Eko menyarankan, agar pemerintah mencari negara-negara lain sebagai negara tujuan ekspor. Pemerintah bisa memanfaatkan perbaikan ekonomi Amerika Serikat (AS) untuk memperbesar volume ekspor. Selain AS, alternative pasar lainnya ialah India dan ASEAN.
Ekonom Samuel Asset Management Lana Soelistianingsih juga menilai, kelesuan ekonomi China adalah tantangan terbesar kinerja perdagangan Indonesia saat ini. Sayangnya Indonesia belum bisa mengandalkan perbaikan ekonomi AS yang terjadi saat ini. “Walau sebagai mitra utama, perbaikan ekonomi AS tak begitu besar dampaknya bagi ekspor,” katanya.
Sumber: Kontan
http://www.pemeriksaanpajak.com
pajak@pemeriksaanpajak.com
Kategori:Berita Pajak
Tinggalkan komentar