JAKARTA. Kebijakan pemerintah menghapuskan tarif bea masuk 21 komponen pesawat mendapat respon positif dari pebisnis penerbangan. Kebijakan yang tertuang di jilid VII ini bisa membuat industri penerbangan domestik, terutama perusahaan bengkel pesawat bisa kebanjiran order tahun depan.
Menurut Direktur Utama PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) Arif Wibowo, kebijakan ini terbilang penting mengingat kebijakan ASEAN Open Sky mulai berlaku akhir tahun ini. “Kebijakan ini membuat kami bisa lebih bersaing dengan maskapai udara anggota ASEAN,” ungkapnya kepada KONTAN, pekan ini.
Bagi Garuda, kebijakan ini bisa menghemat biaya perawatan pesawat. Namun, Arif tidak merinci besaran biaya perawatan yang dikeluarkan maskapai pelat merah ini. “Yang jelas penghematan bisa mencapai 15%,” jelasnya.
Sementara I Gusti Ngurah Askhara, Direktur Keuangan Garuda Indonesia menyebut insentif ini tidak terlalu berdampak ke kinerja Garuda. Apalagi impor komponen pesawat menjadi tugas anak usaha PT Garuda Maintenance Facility (GMF) Aero Asia.
Beban Berkurang
Dalam hitungan Gusti, anak usah Garuda bisa berhemat sekitar US$22 juta dari kebijakan tersebut. Seperti kita tahu, impor atas 21 jenis komponen pesawat ini selama ini terkena tarif bea masuk dengan kisaran 10%-15%.
Melirik laporan keuangan Garuda di Kuartal III 2015, beban usaha untuk pemeliharaan dan perbaikan mencapai US$ 276 juta. Naik 6,1% dari periode serupa tahun lalu.
Sementara, Audrey Progastama Petriny, Head of Corporate Secretary dan Communication PT Indonesia Air Asia, menyebutkan kebijakan ini bisa memangkas beban opersional perusahaan. Menurut dia, harga suku cadang bisa menjadi lebih murah sekitar 5%-5% dari harga awal. “Pembebasan bea masuk ini juga membuat maskapai nasional berada di persaingan yang sama dengan maskapai asing,” ucapnya.
Saat ini, maskapai di kawasan ASEAN seperti Singapura dan Malaysia sudah tidak lagi terbebani kewajiban pembayaran bea masuk suku cadang tersebut.
Selama ini, maskapai Indonesia AirAsia merawat pesawat di GMF Aero Asia. Sedangkan untuk maskapai AirAsia lain di kawasan regional mendapat perawatan di Sepang Aircraft Engineering.
Pengamat Penerbangan, Gerry Soedjatman menyebut kebijakan ini bakal menguntungkan industri penerbangan Indonesia, terutama bengkel pesawat GMF Aero Asia.
Menurutnya, industri bengkel pesawat domestik bakal bisa bersaing dengan perusahaan sejenis dari negara tetangga. Seperti Malaysia atau Singapura. “Kalau dampaknya ke maskapai mungkin sangat kecil karena hanya 21 pos komponen saja,” tutur Gerry.
Saat ini kebutuhan komponen pesawat bikinan Boeing atau Airbus memang masih harus impor dari perusahaan yang bersangkutan. Tercatat impor komponen kebanyakan berasal dari Amerika, Eropa, dan beberapa produsen lainnya yang berada di Asia.
Adapaun industri lokal masih sedikit yang memproduksi komponen pesawat. Itupun tidak semua merupakan komponen pesawat inti, seperti pompa hidrolik. “Industri di Indonesia masih sedikit sekali yang memproduksi komponen pesawat itupun belum tentu sesuai standar untuk armada bikinan Airbus atau Boeing,” katanya.
Sumber: Kontan
http://www.pemeriksaanpajak.com
pajak@pemeriksaanpajak.com
Kategori:Berita Pajak
Tinggalkan komentar