
JAKARTA. Harga daging ayam yang saat ini terbang tinggi di pasar ternyata tak sesuai dengan ekspektasi peternak ayam rakyat. Sebab, lonjakan harga daging ayam terjadi karena efek domino kenaikan harga pakan dan bibit ayam atau day old chicken (DOC).
Peternak sejatinya hanya menginginkan kenaikan harga ayam wajar serta seimbang antara pasokan dan permintaan, tidak berlebihan seperti selama ini. Makanya, peternak akan melanjutkan afkir dini alias pemusnahan terhadap indukan ayam broiler atau parents stock (PS) untuk menyeimbangkan pasar.
Krissantono, Ketua Gabungan Perusahaan Pembibitan Unggas Indonesia (GPPU) bilang, dari rencana pemusnahan 6 juta ekor PS, perusahaan peternakan sudah menyelesaikan 2 juta ekor PS untuk tahap pertama pada 2015 dan sisanya sebanyak 4 juta ekor PS pada tahun 2016. “Kami masih menunggu instruksi dari Kementerian Pertanian (Kemtan) untuk pemusnahan berikutnya,” ujarnya kepada KONTAN, Selasa (12/1)
Meski pemusnahan indukan ayam sudah dilakukan sebagian, tapi Krissantono menampik jika kenaikan harga saat ini adalah hasil dari kebijakan ini. Menurutnya, asosiasi peternak ayam belum duduk bersama lagi untuk mengevaluasinya.
Proses pemusnahan PS sendiri baru dieksekusi pada akhir tahun lalu. Usulan ini telah digulirkan pada bulan April 2015 silam. Ketikan Kemtan dan asosiasi peternak rakyat sepakat mengurangi pasokan ayam agar ada keseimbangan di pasar.
Sigit Prabowo. Ketua Perhimpunan Peternak Unggas Nusantara (PPUN) menyebut, harga ayam potong di tingkat peternak saat ini berkisar antara Rp 22.000 per kilogram (kg) sampai dengan Rp 22.500 per kg atau di atas normal yang hanya Rp 20.000 per kg.
Tapi, beberapa peternakan rakyat diklaim mengalami gagal panen karena faktor cuaca dan kelangkaan pasokan jagung. Persentase gagal panen bisa mencapai 30%-40% di satu pernakan. Akibatnya, stok berkurang dan harga terbang tinggi.
Jamin pasokan jagung
Meski pasokan tersendat, tapi Sigit bilang, peternak masih dihantui kekhawatiran akan ketidakseimbangan pasokan dan permintaan ayam yang bisa kembali melorotkan harga ayam. Tahun lalu, harga ayam perah menyentuh Rp 13.000 per kg tahun lalu.
Meski mendukung pemusnahan PS, tapi Sigit lebih menyoroti soal peran pemerintah untuk menjamin ketersediaan dan harga pakan, terutama jagung. Maklum jagung berkontribusi 80% dari bahan baku pakan ternah ayam. Jika pemerintah gagal menjamin ketersediaan jagung, pasokan ayam akan terus berkurang karena banyak peternak rakyat yang gulung tikar dan tak kuat lagi berproduksi.
Asal tahu saja, harga ayam saat ini terus menunjukkan tren naik. Saat ini, harga ayam potong sudah tembus Rp 40.000 per kg di tingkat konsumen. Padahal, sebelum Natal tahun lalu, harganya masih Rp 30.000 per kg.
Muladno Basar, Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kemtan telah menginstruksikan pelaku usaha melakukan afkir dini sebanyak 6 juta ekor PS. Selain untuk menjaga keseimbangan permintaan dan pasokan, juga bertujuan mengantisipasi kelebihan DOC.
Instruksi itu tertuang dalam Surat Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Nomor 15043/FK.010/F/10/2015 tanggal 15 Oktober 2015 perihal Penyesuaian Populasi PS. Melalui surat itu, Muladno memberi instruksi pemusnahan PS sebanyak 2 juta ekor secara proporsional di seluruh lokasi peternakan untuk tahap pertama. Setelah itu, pelaku diminta segera melaporkan hasilnya melalui GPPU selaku koordinator pelaksana.
Sumber: Kontan
http://www.pemeriksaanpajak.com
pajak@pemeriksaanpajak.com
Kategori:Berita Pajak
Tinggalkan komentar