Jalan Layang Cipulir Menghempaskan Omzet Para Pebisnis hingga 60%

Proses konstruksi pembangunan proyek jalan layang Blok M – Ciledug ternyata telah menggerus omzet pebisnis UKM di kawasan Cipulir. Suasana Semrawut dan kemacetan yang melanda daerah ini akibat adanya proyek tersebut membuat banyak orang enggan berbelanja. Alhasil, pendapatan pebisnis ini turun hingga 60% jika dibandingkan sebelumnya.

UNTUK kesekian kalinya, proses konstruksi pembangunan infrastruktur memakan korban pebisnis skala Usaha Kecil Menengah (UKM). Seperti yang dialami oleh pebisnis UKM di wilayah Cipulir karena adanya pembangunan jalan layang non tol Blok M – Ciledug.
Kemacetan yang diakibatkan konstruksi proyek jalan layang ini membuat omzet pebisnis di sekitar wilayah tersebut menurun.
Jika Anda melintas di sepanjang Jalan Raya Ciledug, khususnya saat memasuki Pasar Cipulir, kemacetan mulai terasa. Jalan terasa semrawut, berdebu, dan jauh dari kesan nyaman untuk berbelanja.
Kondisi semakin parah lantaran di sana bukan hanya ada proyek pembangunan jalan layang tapi juga proyek pengembangan pusat perdagangan di Pasar Cipulir yakni Mal Grand Cipulir.

Tapi, dampak paling signifikan memang ditimbulkan dari proyek jalan layang ini. Tiang-tiang pancang memang sudah berdiri kokoh sejak akhir pertengahan 2015 lalu dan mulai tahun ini pembangunannya akan semakin intensif disana.
Di area Cipulir tersebut terdapat banyak pelaku bisnis yang bervariasi, mulai dari agen perjalanan, percetakan digital, toko aksesori motor, bengkel, hingga gerai reparasi tas dan sepatu. Semua toko mengeluhkan hal yang sama yakni terkena imbas dari proyek ini dan penurunan omzet bisa mencapai 60%.

Simak saja penuturan Naoli Effendi, pemilik agen tiket perjalanan, toko perlengkapan alat tulis, dan pengiriman kargo dengan bendera Usaha Bulan Center yang terletak di Jalan Ciledug Raya, Cipulir.

Kata Naoli, penurunan omzet sudah sangat terasa sejak empat bulan lalu. Dia pun mulai dilanda kecemasan karena toko miliknya terhalang alat berat dan truk besar parkir persis di depan tokonya, sehingga membuat pelanggan jadi enggan mampir ke toko. “Penurunan omzet sampai 60% dan kami tidak bisa berbuat apapun. Yang tadinya pelanggan sehari datang bisa sampai 20 orang ini hanya 2 sampai 3 orang,” kata dia.

Sayangnya Naoli enggan menyebutkan nominal omzet sebelum dan saat adanya proyek ini. Menurutnya, dalam kondisi seperti sekarang, bisa bertahan saja sudah disyukuri.

Ada juga Lala Marzuki, pemilik La-La Reparasi, usaha yang melayani jasa reparasi tas, sepatu, dan koper yang gerainya tidak jauh dari Pasar Cipulir.

Lala mengaku usahanya ini dirintis oleh sang ayah sejak tahun 1960. Dan saat ini memiliki 5 gerai yang tersebar di Cipulir , Kebon Jeruk, Meruya, dan Blok M. Di antara semua gerai itu, pendapatan gerai yang ada di Cipulir paling anjlok. “Biasanya, dalam sehari, rata-rata penjualan bisa mencapai Rp 500.000. Tapi, sekarang omzet tinggal setengahnya,” kata Lala.

Makanya, khusus gerai di cabang Cipulir, dia menerapkan sistem antar dan jemput dalam melayani pelanggan supaya pesanan tetap ada meskipun pelanggannya enggan datang.

Sumber: KONTAN

http://www.pemeriksaanpajak.com

pajak@pemeriksaanpajak.com



Kategori:Berita Pajak

Tag:, , , ,

Tinggalkan komentar