
Kejatuhan harga minyak mentah dunia menyebabkan harga minyak sawit mentah dan crude palm oil (CPO) ikut tergerus. Di samping itu pasokan CPO Indonesia sebagai eksportir terbesar dunia diprediksi turun pada Desember 2015 ke level terendah dalam empat bulan.
Menurut survey Bloomberg, ekspor CPO Indonesia pada Desember turun 2,5% dari bulan sebelumnya menjadi 2,33 juta ton. Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) memperkirakan, produksi CPO Indonesia tahun 2015 hanya 30,8 juta ton. Penurunan produksi CPO juga diprediksi masih akan berlanjut hingga tahun ini. Pada 2016, tingkat produksi CPO hanya sekitar 33 juta ton. Dari jumlah ini, sekitar 25 juta ton untuk ekspor. Harga CPO diperkirakan akan di bawah US$ 700 per ton terimbas harga minyak bumi yang kini berkisar US$ 30 per barrel.
Penurunan harga dan produksi komoditas sawit bisa membuat penerimaan negara dari bea keluar anjlok. Hal ini berkaca dari pengalaman tahun lalu. Data Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) Kementerian Keuangan menyebutkan, realisasi penerimaan bea keluar CPO pada 2015 hanya sebesar Rp 3,9 triliun dari tahun sebelumnya yang mencapai Rp 11,3 triliun. Penurunan tersebut lantaran pemerintah tidak melakukan pungutan terhadap produk CPO karena harganya di bawah batas pungutan, yakni US$ 750 per metrik ton. Direktur Jenderal Bea dan Cukai Heru Pambudi memperkirakan, pelemahan harga CPO bakal terus berlangsung.
Sumber: Kontan
http://www.pemeriksaanpajak.com
pajak@pemeriksaanpajak.com
Kategori:Berita Pajak
Tinggalkan komentar