Harga Minyak Turun, Industri Terancam Tekor

JAKARTA. Penurunan harga minyak dunia membuat pelaku industry di Indonesia khawatir. Pasalnya, harga minyak dunia yang sempat bertengger di harga US$ 28 per barel itu dinilai terlalu murah dan bisa mengganggu aktivitas bisnis industry manufaktur dan jasa.

Saat harga minyak turun, pelaku industry memang bisa berhemat biaya produksi dari komponen bahan bakar minyak. Namun, efek lebih besar akibat penurunan harga minyak justru menghantui pelaku industry.

Pasalnya, dampak dari penurunan harga minyak dunia akan diiringi pelemahan aktivitas ekonomi. “Semua sector bisnis akan melemah, untuk apa biaya produksi turun tapi pasar mengecil,” kata Ade Sudrajat Usman, Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia, kepada KONTAN, Selasa (19/1)

Ade menambahkan, penurunan aktivitas bisnis itu akan terjadi secara bertahap. Pertama,saat harga minyak dunia turun akan disusul penurunan harga komoditas utama. Termasuk komoditas unggulan Indonesia, baik itu komoditas tambang atau komoditas perkebunan.

Kedua, penurunan harga komoditas berdampak pada penurunan bisnis jasa pembawa minyak seperti perkapalan. Ketiga, terjadi penurunan daya beli karena motor penggerak ekonomi turun.

Azis Pane, Ketua Asosiasi Perusahaan Ban Indonesia menambahkan, saat harga minyak turun, harga bahan baku karet sintesis akan turun. Tetapi pengaruhnya ke penurunan harga jual ban sangat terbatas. “Nilai tukar dollar Amerika Serikat (AS) masih tinggi, sehingga pengaruh ke harga ban kecil sekali,” kata Azis.

Kondisi ini juga terjadi untuk sector tekstil yang juga banyak memakai bahan baku karet. Saat harga minyak turun, harga bahan baku seperti polyester turun. Namun, penurunan harga tak bisa dilakukan karena terganjal nilai tukar rupiah yang lemah.

Terlepas dari kekhawatiran pelaku industry ini, Direktur PT Gunawan Dianjaya Steel Tbk (GDST) Hadi Sutjipto berharap, PLN segera menurunkan tarif listrik karena harga minyak turun. “Seharusnya, tariff listrik industry juga tuun,” harap Hadi.

Jasa terpengaruh

Tak hanya bikin pusing industry manufaktur, penurunan harga minyak juga membuat resah industry jasa perkapalan. Dari sisi operasional memang terjadi penurunan biaya operasional akan seiring dengan penurunan tariff kapal.

Direktur PT Transpower Marine Tbk Rudy Sutiono mengatakan, saat harga turun, harga solar untuk bahan bakar mereka akan ikut turun. “Saat harga turun, kami menyesuaikan tarif,” kata Rudy.

Namun, bukan masalah beban operasional kapal ini yang menjadi kekhawatiran industry kapal ini. Yang menjadi kerisauan pengusaha transportasi ini adalah penurunan harga minyak dunia akan menahan aktivitas ekonomi.

Nah, pengusaha kapal yang terpengaruh langsung dari penurunan harga minyak adalah pengusaha kapal yang mengangkut minyak. Jika penurunan harga minyak tersebut merembet ke sektor lainnya, seperti tambang dan perkebunan, tak pelak jasa transportasi kapal lain juga ikut terkena getah penurunan harga minyak.

 

Sumber: Kontan

http://www.pemeriksaanpajak.com

pajak@pemeriksaanpajak.com



Kategori:Berita Pajak

Tag:, , , , , , , , , , , , , , , ,

Tinggalkan komentar